Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pembiayaan Baru BFI Finance Capai 10,3 Triliun, Paling Banyak Untuk Modal Kerja dan Multiguna

Pembiayaan Baru BFI Finance Capai 10,3 Triliun, Paling Banyak Untuk Modal Kerja dan Multiguna Kredit Foto: PT BFI Finance Indonesia Tbk
WE Finance, Jakarta -

PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFI Finance) mencatatkan kinerja positif pada semester I 2023. Hal ini tercermin dari total aset yang mencapai Rp 25,2 triliun atau tumbuh 38,8% yoy hingga Juni 2023. Pertumbuhan ini sejalan dengan naiknya piutang bersih (net receivables) sebesar 31,8% yoy dengan nilai Rp21 triliun.

Direktur Keuangan BFI Finance, Sudjono mengatakan, secara umum performa ini didukung oleh pertumbuhan ekonomi domestik yang kondusif. Sehingga sektor multifinance bergerak positif di tengah meningkatnya permintaan masyarakat dalam mendapatkan kemudahan fasilitas pembiayaan. 

Demikian pula kinerja perekonomian nasional, termasuk sektor riil, juga terpantau positif diiringi dengan meredanya tekanan inflasi dan kembali ke rentang target Bank Indonesia (BI). Tercatat inflasi per Juni 2023 sebesar 3,52% yoy, turun dari Mei 2023 sebesar 4%.

“Dapat dikatakan bahwa pertumbuhan aset, profitabilitas, dan rasio keuangan lainnya secara tahunan tetap terjaga baik. Hal ini menunjukkan bahwa BFI Finance mampu menjawab segala tantangan dan dinamika yang terjadi. Sejak 2011 hingga saat ini, perusahaan telah tumbuh lebih dari lima kali lipat secara aset, revenue, dan ekuitas,” ujar Sudjono dalam keterangan tertulis dikutip Jumat (28/7).

Baca Juga: Jadi Bisnis Utama, Pembiayaan Internasional BNI Capai Rp 64 Triliun per Juni 2023

Pada semester I 2023, perusahaan juga mencatat nilai pembiayaan baru sebesar Rp 10,3 triliun, atau meningkat 20,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dari nilai tersebut, sebanyak 61% digunakan untuk tujuan pembiayaan modal kerja, disusul dengan multiguna sebesar 22,6%, investasi 14,5%, dan syariah 1,9%.

Seiring dengan pertumbuhannya, pihaknya tetap konsisten menjaga risiko kredit yang relatif rendah. Tingkat pembiayaan bermasalah (NPF) neto terjaga di 0,79% per Juni 2023 dan sementara NPF bruto di level 1,94%. 

Dia menilai, rasio ini tercatat lebih baik dibandingkan NPF bruto rata-rata industri pembiayaan yang mencapai 2,63% per Mei 2023. 

Baca Juga: Marak Modus Penipuan, BCA Pastikan Data dan Transaksi Nasabah Aman

"NPF coverage (besaran tingkat cadangan piutang dibandingkan NPF) terhitung mencapai 2,3 kali," tuturnya.

Selain itu, Return on Asset (RoA) dan Return on Equity (RoE) perusahaan masing-masing di posisi 8,7% dan 18,6% yang juga masih lebih tinggi dari rata-rata industri dengan angka RoA yang dilaporkan sebesar 5,73% dan RoE sebesar 14,86% di akhir Mei 2023.

Sudjono menambahkan, portofolio produk pembiayaan BFI Finance masih didominasi oleh refinancing atau pembiayaan dengan collateral (jaminan) di mana bisnis ini telah dijalankan perusahaan selama lebih dari 15 tahun. 

Total piutang pembiayaan yang dikelola (managed receivables) tercatat Rp 22,4 triliun. Terdiri dari pembiayaan berjaminan kendaraan roda empat sebesar 56,5%, alat berat dan permesinan sebesar 13,5%, dan pembiayaan untuk pembelian unit kendaraan roda empat bekas dan baru masing-masing menempati porsi sebanyak 9,0% dan 2,9%.

Untuk  pembiayaan berjaminan kendaraan roda dua sebesar 10,9%, pembiayaan berjaminan sertifikat rumah/ruko sebesar 3,9%, dan pembiayaan berbasis syariah sebesar 3,3%.

Baca Juga: Dukung Ekonomi Hijau, Pembiayaan Kendaraan Listrik BCA Capai Rp 751 Miliar pada Juni 2023

Hingga semester I 2023, laba bersih perusahaan yang dilaporkan sebesar Rp 848,4 miliar dengan total pendapatan senilai Rp 3,2 triliun. Alhasil, total pendapatan perusahaan meningkat 30,3% yoy.

“Pertumbuhan pendapatan ini dipengaruhi oleh peningkatan penyaluran pembiayaan dan sumber pendanaan yang lebih kompetitif,” tutur Sudjono.

Dia menjelaskan bahwa sumber pendanaan BFI Finance paling besar berasal dari pinjaman bank mata uang rupiah serta surat utang (bonds). Selama semester I 2023, perusahaan telah menerbitkan tiga kali obligasi Rupiah dengan total nilai emisi Rp3,8 triliun.

Sejalan dengan kuatnya komitmen untuk menjadi mitra kerja yang menguntungkan dan terpercaya, perusahaan juga telah membagikan dividen dengan nilai total Rp 902 miliar, atau setara dengan Rp 60,00 per lembar saham (nilai penuh) dari laba bersih perusahaan tahun 2022. 

“Kami tetap optimis mencapai pertumbuhan sesuai target hingga akhir tahun dengan tetap mengedepankan manajemen risiko yang baik dan prinsip kehati-hatian,” tutup Sudjono.

Baca Juga: OJK Soroti Tebaran Dividen Bank Terlalu Tinggi, Begini Tanggapan BNI

Penulis: Alfi Salima Puteri
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Bagikan Artikel: