Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

Permodalan Masih Solid, BNI Pastikan Tidak Terdampak Bangkrutnya Silicon Valley Bank

Permodalan Masih Solid, BNI Pastikan Tidak Terdampak Bangkrutnya Silicon Valley Bank Kredit Foto: BNI
WE Finance, Jakarta -

Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) Royke Tumilaar menyatakan bahwa kondisi industri perbankan Indonesia saat ini masih dalam keadaan solid dan tidak adanya eksposur finansial atas kolapsnya Silicon Valley Bank (SVB), termasuk di BNI. 

Prusahaan bank yang ia pimpin saat ini bahkan tidak memiliki hubungan bisnis, facility line maupun investasi pada produk sekuritisasi SVB, sehingga tidak berdampak langsung atas bangkrutnya bank asal Amerika Serikat (AS) tersebut. 

"Kami tidak ada eksposur, tidak adanya hubungan langsung dengan SVB karena BNI memiliki model bisnis yang cukup kuat, rasio kecukupan modal dan likuditas yang sehat dan memadai. Mudah-mudahan kami tidak terdampak dengan bangkrutnya SVB," ungkapnya dalam Webinar LPPI, Kamis (6/4).

Hal tersebut tercermin dari Liquidity Coverage Ratio (LCR) BNI yang mencapai 219% dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) berada di posisi 124,2%  pada Desember 2022, jauh di atas ketentuan regulator sebesar 100%.

Baca Juga: Tekan Kredit Macet, BNI Lelang Aset Agunan Senilai Rp 7,98 Trilun

Adapun kepercayaan deposan terhadap BNI juga terjaga dengan pertumbuhan dana murah yang diperoleh dari tabungan dan giro atau Current Account Saving Account (CASA) yang sehat, sehingga CASA ratio perseroan ada pada kisaran 73%.

Dari sisi permodalan, rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) BNI saat ini juga cukup memadai yang berada di posisi 21,25% pada Februari 2023, jauh di atas ketentuan regulator dan jauh lebih baik dibandingkan dengan bank-bank global lainnya.

"Untuk situasi seperti saat ini, BNI memilih likuid daripada kita terus menjaga biaya dana atau cost of fund. Karena biaya dana tidak bisa dijaga dalam situasi seperti ini supaya bank tetap likuid. Ketika menjaga banknya likuid, pasti akan berdampak pada biaya dana, tinggal bagaimana kita reprise asset  yang ada secara bijaksana. Mudah-mudahan kasus SVB ini juga tidak berdampak pada perbankan nasional," pungkas Royke.

Baca Juga: Bank Jago Syariah Masih Tunggu Aturan Spin Off Unit Syariah dari OJK 

Penulis: Achmad Ghifari Firdaus
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Bagikan Artikel: