Menu
Perbankan
    Finansial
      Asuransi
        Multifinance
          Fintech
            Video
              Indeks
                About Us
                  Social Media

                  Penetrasi Masih Rendah, Bos PasarPolis Beberkan Tantangan Industri Insurtech di 2023

                  Penetrasi Masih Rendah, Bos PasarPolis Beberkan Tantangan Industri Insurtech di 2023 Kredit Foto: PasarPolis
                  WE Finance, Jakarta -

                  Founder & CEO PT PasarPolis Indonesia, Cleosent Randing mengungkapkan penetrasi asuransi di tanah air masih tergolong rendah, terlebih bagi industri insurance technology (insurtech). 

                  "Dari jumlah yang begitu besar, (penetrasi industri insurtech) hanya 2% atau sekitar Rp 4 triliun. Sehingga masih banyak peluang untuk insurtech ini," ujarnya dalam webinar bertajuk Prospek Insurtech di Indonesia pada Kamis (2/3).

                  Namun, di balik peluang yang dimiliki industri insurtech, terdapat tantangan yang harus dihadapi, yakni dari sisi konsumen dan juga distribusi.

                  Cleosent mengatakan tantangan dari sisi konsumen yang pertama adalah dari segi produk-produk di dalam asuransi, yang menurutnya harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat saat ini.

                  "Karena produk ini harus murah, tapi juga harus sesuai dengan kebutuhan.Sehingga ada tantangan di dalam jumlah produk inovasi yang mungkin bisa ada di dalam insurtech ini," tuturnya.

                  Kedua, banyaknya dokumen yang perlu diisi calon nasabah dan prosesnya yang rumit. Ketiga, proses klaim yang juga panjang.

                  Baca Juga: DPR Pastikan KUR Bagi Pengusaha Mikro Diberikan Tanpa Agunan

                  "Kalau belinya sudah simpel, gimana caranya proses klaim juga harus simpel. Ini juga yang masih menjadi tantangan bagi konsumen sehari-hari. Terakhir, yaitu pengalaman berasuransi yang kurang menyenangkan bagi nasabah," jelasnya.

                  Sementara itu, pada tantangan distribusi, Cleosent mengatakan terdapat sejumlah faktor. Di antaranya adalah ketidak serasian informasi dan proses seleksi risiko yang bertele-tele.

                  "Bisa juga karena keterbatasan jangkauan, akibat minimnya network atau cabang, serta jalur distribusi yang tidak efisien atau bahkan bisa dibilang mahal," ucapnya.

                  Faktor lainnya, lanjut Cleosent, yakni teknologi yang kurang mumpuni untuk dapat mengakomodasi asuransi mikro secara daring.

                  "Jadi bagaimana kita bisa membuat asuransi itu bahkan bisa dibeli dalam hitungan detik, bisa mengeluarkan ribuan polis dalam waktu yang singkat. Inilah berbagai tantangan yang ada, yang perlu sama-sama kita bangun sebagai satu kota. Perlu semua stakeholder untuk menyikapi problem-problem ini," imbuhnya.

                  Baca Juga: Aset Industri Modal Ventura Tembus Rp 25 Triliun Pada 2022

                  Penulis: Alfi Salima Puteri
                  Editor: Ferrika Lukmana Sari

                  Bagikan Artikel: