Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kontras, Indeks Literasi Keuangan Masyarakat Indonesia Jauh Lebih Rendah dari Indeks Inklusi

Kontras, Indeks Literasi Keuangan Masyarakat Indonesia Jauh Lebih Rendah dari Indeks Inklusi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
WE Finance, Jakarta -

Survei yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menemukan indeks literasi keuangan nasional berada jauh di bawah indeks inklusi keuangan nasional.

Berdasarkan survei terakhir pada 2019, indeks literasi keuangan nasional berada di angka 38,03%. Sementara indeks inklusi keuangan nasional tercatat di angka 76,2%.

"Ada 76 orang yang sudah menggunakan produk jasa keuangan, tapi yang paham hanya 38 orang. Ada gap yang jauh antara tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia," kata Darmansyah, Direktur Humas OJK, saat Kelas Edukasi Jurnalis di Jakarta, Selasa (6/9/2022).

Baca Juga: CIMB Niaga Soal UUS: Rendahnya Literasi Jadi Kunci, Perbanyak BUS Bukan Solusi

Padahal, lanjut dia, literasi dan inklusi keuangan dapat mendorong peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Setiap peningkatan 1% literasi dan inklusi keuangan mampu menaikkan 0,16% IPM.

"Begitu pentingnya korelasi inklusi dan literasi keuangan terhadap IPM," jelasnya.

Guna meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat, OJK menyusun lima strategi utama. Pertama, strategi online dan offline. Dengan strategi ini, edukasi keuangan dapat menjangkau lebih banyak masyarakat, termasuk masyarakat di wilayah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal) serta kelompok rentan (vulnerable group).

Kedua, penguatan sinergi dan aliansi strategis. Strategi ini meningkatkan sinergi antar kementerian/lembaga, regulator, pelaku industri jasa keuangan, dan seluruh stakeholders terkait sebagai enabler dalam program literasi dan edukasi keuangan.

Ketiga, pengembangan infrastruktur, yakni berupa penyediaan sistem dan materi literasi keuangan yang dapat diakses secara mandiri oleh masyarakat. Sebagai contoh, OJK mengembangkan modul materi dari tingkat PAUD hingga perguruan tinggi serta Learning Management System (LMS).

Keempat, penguatan kebijakan atau regulasi yang dilakukan dengan mendorong para pelaku industri jasa keuangan untuk menjalankan program edukasi terkait literasi dan inklusi.

Kelima, program peningkatan literasi keuangan syariah dan pasar modal. Strategi ini dilakukan melalui berbagai program yang turut melibatkan stakeholders terkait.

"Harapannya tahun ini indeks literasi keuangan nasional dapat mencapai minimal 44%, mudah-mudahan bisa di atas itu," tutur dia.

Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti

Bagikan Artikel: