Kredit Foto: Imamatul Silfia
CIMB Niaga Syariah, Unit Usaha Syariah (UUS) PT Bank CIMB Niaga Tbk, menilai rendahnya tingkat literasi keuangan, khususnya keuangan syariah, di kalangan masyarakat Indonesia yang menjadi akar masalah di industri perbankan syariah.
Mengacu hal tersebut, memperbanyak jumlah Bank Umum Syariah (BUS) bukan solusi yang tepat untuk mendorong kemajuan industri perbankan syariah Indonesia.
"Jadi, isunya bukan memperbanyak jumlah BUS, tapi bagaimana kita dapat memberikan edukasi untuk meningkatkan literasi keuangan," kata Ulil Amri, Head of Sharia Strategy CIMB Niaga, saat media training di Denpasar, Bali, Kamis (25/8/2022).
Baca Juga: Soal Kewajiban Spin Off Unit Usaha Syariah, CIMB Niaga Syariah: Kami Tunggu Hasil di DPR
Dia kemudian mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tentang rasio pelayanan jaringan perbankan syariah. Berdasarkan data tersebut, rasio layanan tanpa layanan syariah adalah 1:111,7 ribu. Sementara dengan layanan syariah, rasionya menjadi 1:47,9 ribu.
"Kalau dipaksa spin off, yang rugi tidak hanya perbankan, tetapi juga masyarakat, bahkan pemerintah," ujar dia.
Senada, Head of Sharia Consumer CIMB Niaga Bung Adilla mengatakan spin off yang dipaksakan akan menurunkan tingkat pelayanan dan pengalaman nasabah. Pasalnya, UUS terbiasa menerapkan standar pelayanan di level bank induknya. Akan tetapi, bila UUS memisahkan diri menjadi BUS, kemungkinan besar tingkat standar pelayanan akan turun.
"Kalau tetap dipaksakan, yang akan terdampak pertama kali adalah customer," terang Adilla.
Menimbang sejumlah kondisi tersebut, Ulil meyakini spin off bukan keperluan yang mendesak sehingga tidak perlu dipaksakan menjadi kewajiban.
"Tidak mandatory. Ini harusnya pilihan, aksi korporasi sebagai perusahaan," tandasnya.
Penulis: Imamatul Silfia
Editor: Rosmayanti
Tag Terkait:
