Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

Optimistis Target NZE 2060 Bakal Tercapai, Ini Strategi BRI

Optimistis Target NZE 2060 Bakal Tercapai, Ini Strategi BRI Kredit Foto: BRI
WE Finance, Jakarta -

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) optimistis bahwa aspirasi pemerintah dalam mewujudkan Net Zero Emission (NZE) pada 2060 dapat direalisasikan. Salah satunya dengan kolaborasi semua pihak secara aktif.

Direktur Kepatuhan BRI Ahmad Solichin Lutfiyanto mengatakan, perseroan memiliki strategi khusus dalam mendukung secara langsung dan berperan aktif merealisasikan visi pemerintah tersebut.

“Bicara apa peran BRI dalam pencapaian target net zero emission 2060, kami sudah mempunyai policy namanya ESG roadmap. Di mana BRI akan mencapai NZE di tahun 2050. Nah, yang kedua, kebijakan itu tentu harus diimplementasikan,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (4/10).

“Kita juga sudah punya berbagai strategi, inisiatif, dan program bagaimana mengimplementasikan strategi itu baik di bisnis maupun di operasional,” sambungnya.

Solichin mengungkapkan, porsi BRI dalam mencapai NZE Indonesia pada 2060. Salah satunya adalah aktif dalam penyaluran kredit kepada green sector serta partisipasi dalam inisiatif pemerintah, seperti pada perdagangan karbon perdana pada 26 September yang lalu. 

“Kalau komitmen kami, tentu ke depan BRI akan terus memperbesar porsi dari pembiayaan hijau”, tegasnya. 

Baca Juga: BNI Sekuritas Dorong Pengembangan Energi Terbarukan di Pasar Modal Indonesia

Secara umum, perseroan telah memiliki komitmen yang tinggi terhadap pembiayaan berkelanjutan, yaitu pembiayaan yang terdiri dari pembiayaan kepada UMKM dan kepada sektor hijau. Total pembiayaan sebesar Rp 732,3 triliun atau 67,2% dari total pembiayaan bank. 

Sebagai bank yang fokus melayani UMKM, BRI memiliki porsi pembiayaan UMKM sebesar Rp 652,9 triliun, sementara pembiayaan ke sektor hijau sebesar Rp 79,4 triliun.

Di samping itu, adanya tantangan bank dalam menyalurkan pembiayaan hijau. Menurut Solichin, bank merupakan industri yang sangat diatur karena bank adalah bisnis yang berisiko sangat tinggi.

Sehingga bank harus menerapkan praktek terbaik dalam manajemen risiko. Dalam konteks ekonomi hijau, ada dua risiko utama yang harus di manajemen, yaitu physical risk dan transition risk. 

Challenge terbesar buat bank itu adalah bagaimana mengelola transition risk. Ini nilainya besar sekali dan itu nggak mungkin ditanggung sendiri oleh bank. Bahkan harus ada kolaborasi baik dari pemerintah, bank, industri, dan para pihak terkait,” jelasnya.

Untuk itu, perseroan menerapkan manajemen risiko yang lebih intens dalam menyalurkan kredit ke sektor hijau, diantaranya adalah melakukan climate change scenario analysis dengan standar internasional, serta menyusun credit policy per sektor, yaitu untuk sektor palm oil dan pulp and paper.

Selain risiko yang tinggi, Solichin juga menjelaskan bahwa ketersediaan proyek hijau di Indonesia saat ini juga masih terbatas. Untuk itu, peran dari pemerintah dan pelaku industri menjadi hal yang penting dalam meningkatkan porsi proyek hijau di Indonesia.

Baca Juga: Resmi Meluncur, Bank Mandiri Borong 3.000 Ton Unit Karbon di Bursa Karbon

Adapun di tataran operasional, implementasi ESG roadmap BRI mengutamakan dua hal, yaitu People dan Business Process.

“Operasional kita nggak akan pernah optimal ketika kita nggak meng-address isu mengenai manusianya,” kata Solichin.

BRI juga mendorong pekerjaan dalam mendukung pencapaian NZE target, antara lain melalui inisiatif Eco-Operational Efficiency Program, seperti penggunaan kendaraan operasional listrik dan instalasi solar panel di unit kerja BRI. Di samping itu juga terdapat inisiatif Sustainability Culture Program untuk menginternalisasi budaya keberlanjutan kepada seluruh pekerja BRI.

Selain meningkatkan literasi ke pekerja, BRI juga mengajak masyarakat, terutama Desa BRILiaN dan nasabah KUR BRI untuk menjaga lingkungan dan mendukung NZE melalui program BRI Menanam. 

Dalam hal ini, pihaknya juga melibatkan berbagai stakeholder terlebih masyarakat, di mana perseroan mengambil pula porsi literasi. Hal tersebut dilakukan mengingat literasi menjadi penting dan tentu tidak bisa menjadi tanggung jawab dari pemerintah saja, tapi industri juga harus berperan besar.

“Literasi yang kami lakukan adalah kepada pekerja, nasabah, dan juga kepada masyarakat. Jadi intinya, kalau kita bicara target 2060, kami di BRI yakin bahwa itu akan bisa tercapai dengan kolaborasi dan dukungan dari seluruh para pemangku kepentingan,” pungkasnya.

Baca Juga: Ekonomi Terus Membaik, BRI Finance Bidik Pembiayaan Tumbuh 12,5% Hingga Akhir 2023

Penulis: Achmad Ghifari Firdaus
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Bagikan Artikel: