Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

AAUI: Merger Jadi Opsi Untuk Perkuat Modal Perusahaan Asuransi Umum

AAUI: Merger Jadi Opsi Untuk Perkuat Modal Perusahaan Asuransi Umum Kredit Foto: Shutterstock
WE Finance, Jakarta -

Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Budi Herawan berharap adanya relaksasi waktu terkait ketentuan modal minimum yang akan ditetapkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 

Sebab, dalam waktu yang berdekatan, industri pun sedang mempersiapkan implementasi PSAK 74 yang merupakan adopsi dari IFRS-17. Budi mengungkapkan, untuk implementasi PSAK 74 pun perusahaan asuransi membutuhkan biaya yang cukup besar.

"Regulator (OJK) sebagai pembina kami cukup intens cari jalan keluar termasuk kemungkinan relaksasi (modal minimum) seperti apa, tapi tentu ada batasan-batasannya juga," ujar Budi saat ditemui di Jakarta, Rabu (2/8).

Untuk mencapai permodalan yang kuat, Budi mengatakan merger dapat menjadi opsi bagi perusahaan asuransi umum.

Baca Juga: Gandeng APPARINDO, AAUI Bakal Luncurkan Perpustakaan Digital Untuk Tangani Kasus Klaim Asuransi

"Saya yakin yang ekuitasnya masih di antara Rp 100 miliar sampai Rp 150 miliar, itu mau tidak mau akan merger. Tapi nanti kita tunggu saja, kita tetap memberikan masukan untuk teman-teman yang masih berada di ekuitas Rp 100 miliar sampai Rp 150 miliar ini juga bukan mereka tidak bisa survive tapi punya segmennya masing-masing," jelasnya.

Diketahui, OJK merencanakan peningkatan modal minimum bagi perusahaan asuransi sebesar Rp 500 miliar pada tahun 2026. Budi menilai angka tersebut cukup besar, lantaran industri asuransi umum tengah dalam kondisi yang kurang sehat.

"Industri asuransi umum lagi kurang sehat, karena satu, kalau kita lihat RoE dan RoI itu masih di bawah rata-rata bunga bank. Jadi investor pun kurang ada yang mau menanamkan modalnya di industri asuransi umum,"ungkapnya.

Selain itu, Budi menyebut masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang perlu dituntaskan. Salah satunya terkait finalisasi roadmap dan permasalahan minimnya sumber daya manusia (SDM) di industri ini.

"Saat ini, SDM asuransi masih di bawah rata-rata, di negara ASEAN pun sebetulnya (Indonesia) dengan potensi yang masih cukup luas ini masih ketinggalan dengan Malaysia. Ini PR kami juga, untuk membangun lembaga tinggi pendidikan yang bisa bersaing dengan Malaysia, Filipina, Singapura," pungkasnya.

Baca Juga: Pengguna BNIDirect Naik, Transaksi Cash Management BNI Tembus Rp 3.168 Triliun

Penulis: Alfi Salima Puteri
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Bagikan Artikel: