Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

Saham BBRI Diproyeksikan Bisa Tembus Rp 6.800 Tahun Depan

Saham BBRI Diproyeksikan Bisa Tembus Rp 6.800 Tahun Depan Kredit Foto: BRI
WE Finance, Jakarta -

Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BBRI kembali menembus harga level tertinggi atau ATH di level Rp 5.650 pada penutupan perdagangan Selasa (25/7). Bahkan pada Jumat (28/7), BBRI di tutup di level Rp 5.700.

Seperti diketahui, sesuai dengan RUPST BRI tahun 2023 pada 13 Maret 2023, BRI telah mengalokasikan buyback sebanyak-banyaknya Rp 1,5 triliun yang akan diselesaikan dalam jangka waktu maksimal 18 bulan dari putusan RUPS, sehingga periode buyback berlangsung pada periode 14 Maret 2023 sampai 14 September 2024.

Buyback tersebut dilaksanakan secara bertahap maupun sekaligus, sebagai program kepemilikan saham bagi karyawan dan direksi atau ESOP (Employement Stock Ownership Plan). Dalam RUPST pada 13 Maret 2023, Direksi BRI mengatakan insentif saham akan diberikan berdasarkan kinerja Insan BRILiaN atau pekerja BRI.

Adapun strategi buyback untuk program ESOP bukan kali pertama dilakukan BRI, setidaknya dalam kurun dua tahun terakhir. Sepanjang 1 Maret 2022 hingga 26 Januari 2023, BRI telah merealisasikan pembelian saham kembali senilai Rp 2,99 triliun atau 647,38 juta lembar.

Terkait dengan aksi korporasi buyback tersebut, Direktur Utama BRI, Sunarso mengatakan bahwa aksi korporasi ini tidak mengganggu kondisi keuangan pasca buyback sehingga dipastikan kondisi keuangan perseroan tetap solid. 

"Selama buyback ini kita sudah sangat kalkulatif dengan baik, tidak akan mengganggu kinerja, tidak akan mengganggu permodalan BRI ke depan bahkan memperkuatnya," ujarnya dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (1/8).

Baca Juga: Dorong Pertumbuhan Ekonomi, OJK Perluas Akses Pendanaan bagi Petani Sawit

Sunarso juga mengungkapkan bahwa buyback saham ini digunakan untuk para karyawan BRI sebagai pelaksanaan program kepemilikan saham pekerja maupun direksi. Hal ini untuk meningkatkan engagement karyawan BRI. 

"Kami berharap dengan adanya buyback saham ini, akan menumbuhkan motivasi dan rasa memiliki karyawan terhadap perusahaan yang kemudian akan mendongkrak kinerja karyawan," tuturnya.

Sementara itu, Head of Equity Investment Berdikari Manajemen Investasi, Agung Ramadoni menilai BBRI semakin menarik untuk dikoleksi, salah satunya karena terdorong aksi korporasi buyback oleh perseroan dalam kurun dua tahun terakhir.

"Buyback menjadi sinyal positif bagi investor, mencerminkan manajemen percaya dengan kinerjanya ke depan. Selain itu kinerja fundamental BRI, jadi faktor kunci untuk perbankan tetap dapat mencetak pertumbuhan laba adalah dari segi efisiensi,” kata Agung 

Agung juga menjelaskan alasan lain mengapa saham BBRI layak dikoleksi, yakni terkait kinerja fundamental dalam beberapa waktu terakhir, di mana efisiensi menjadi salah satu strategi BBRI untuk meningkatkan profitabilitas. 

“Kemampuan bank meningkatkan efisiensi terlihat dari pertumbuhan biaya operasional BRI yang lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan,” lanjutnya.

Baca Juga: Dukung Ekonomi Hijau, Pembiayaan Kendaraan Listrik BCA Capai Rp 751 Miliar pada Juni 2023

Tercatat Net interest margin (NIM) atau margin bunga bersih naik menjadi 7,8% pada kuartal I-2023 dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,7%. Pada periode yang sama credit cost atau biaya kredit bank turun 198 basis poin (bps) per Maret 2023 dibandingkan tahun lalu. 

Kemampuan bank meningkatkan efisiensi terlihat pula dari return on average equity (ROAE) atau tingkat pengembalian ekuitas rata-rata yang naik signifikan ke level lebih dari 20%.

Pada periode yang sama sejumlah beban berhasil ditekan, seperti beban promosi turun 8,1% yoy menjadi Rp 298,74 miliar dan beban lainnya susut 5,73% yoy menjadi Rp7,39 triliun. Alhasil, rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) turun dari 64,26% pada kuartal I 2022 menjadi 60,7% pada kuartal I 2023.

Portofolio kredit BRI yang didominasi oleh kredit mikro juga diperkirakan mampu menjaga Net Interest Margin (NIM) di era suku bunga tinggi. Berbeda dengan bank besar lain yang lebih banyak bermain pada sektor korporasi yang terbilang sensitif terhadap suku bunga dan juga ketidakpastian ekonomi baik domestik maupun global.

"Oleh karena itu, dalam setahun ke depan saham BBRI diproyeksi oleh analis dapat melesat maksimal ke level Rp 6.800 dengan nilai rata-rata Rp 5.975," imbuh Agung.

Baca Juga: Ditunjuk Jadi Sekretaris Perusahaan Bank BRI, Ini Perjalanan Karir Agustya Hendy

Penulis: Alfi Salima Puteri
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Bagikan Artikel: