Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

Kredit Berkelanjutan BRI Capai Rp 710,9 Triliun, Disalurkan ke UMKM hingga Energi Terbarukan

Kredit Berkelanjutan BRI Capai Rp 710,9 Triliun, Disalurkan ke UMKM hingga Energi Terbarukan Kredit Foto: BRI
WE Finance, Jakarta -

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI senantiasa terus berkomitmen menerapkan sustainable finance atau keuangan berkelanjutan, sebagai dukungan terhadap program ekonomi hijau pemerintah.

Seperti diketahui, isu lingkungan sendiri masuk dalam top ten global risk dalam kurun waktu 10 tahun mendatang sehingga pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menurunkan sekitar 32% efek gas rumah kaca pada 2030.

Direktur Kepatuhan BRI Ahmad Solichin Lutfiyanto mengatakan, BRI bersama-sama dengan seluruh stakeholder berupaya untuk merealisasikan target tersebut.

"Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri, namun harus berkolaborasi dengan seluruh stakeholder. Artinya, ketika kita bicara green economy yang merupakan bagian dari sustainable finance," ujar Solichin dalam acara Green Economy Forum, dikutip Rabu (14/6).

Adapun untuk BRI sendiri, bank terbesar di Indonesia ini mencatat pertumbuhan penyaluran kredit berkelanjutan sebesar 11,1% yoy. Angkanya bertambah menjadi Rp 710,9 triliun pada akhir kuartal I-2023 dari yang sebelumnya Rp 639,9 triliun per kuartal I-2022.

Baca Juga: Masuk Jajaran Bank Top Dunia, Bank Mandiri Terus Optimalkan Layanan dan Transformasi Digital

Solichin mengungkapkan, bahwa kredit berkelanjutan tersebut disalurkan pada berbagai sektor, di antaranya segmen UMKM, energi terbarukan, hingga transportasi ramah lingkungan.

"Kontribusi segmen UMKM menjadi yang terbesar dengan persentase hingga 88,7% terhadap potofolio Kredit Kriteria Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB) BRI atau setara Rp 630,7 triliun," kata dia.

Solichin yang juga menjadi pengurus di bidang Legal dan ESG Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) menjelaskan, ekonomi hijau di tanah air perlu terus didorong. Tercatat portofolio hijau empat bank terbesar di Indonesia sekitar Rp 1.290 triliun.

Artinya, dari jumlah itu, porsi green project baru Rp 326 triliun dan sisanya aspek sosial. Oleh karena itu, dalam memandang ekonomi hijau yang lebih spesifik dari keuangan berkelanjutan, menurutnya bisa dilihat dari sisi aset maupun liabilitas.

Lebih lanjut, dari sisi aset merupakan portofolio pinjaman yang bergantung pada demand. Sementara dari sisi liabilitas akan menyangkut regulasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan yang sudah siap sekarang adalah green bond.

"Dari sudut pandang perbankan, harapannya ada insentif untuk menerbitkan green bond. Sebab, ketika bank menerbitkan green bond akan digunakan untuk membayar green project atau memutar ekonomi hijau," ungkapnya.

Baca Juga: Hadapi Gejolak Pasar Global, Bahana TCW Minta Investor Perhatikan Risiko Suku Bunga hingga Inflasi

Penulis: Wenti Ayu Apsari
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Bagikan Artikel: