Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

Efek Ketidakpastian Global, Kredit Korporasi Bank Mandiri Tumbuh Melambat di Kuartal I 2023

Efek Ketidakpastian Global, Kredit Korporasi Bank Mandiri Tumbuh Melambat di Kuartal I 2023 Kredit Foto: Bank Mandiri
WE Finance, Jakarta -

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) mencatat permintaan kredit korporasi pada kuartal I 2023 mengalami perlambatan. Hal tersebut seiring dengan kondisi dari ketidakpastian global yang berdampak langsung pada bisnis perseroan.

SVP Corporate Banking 2 Group Bank Mandiri, Budi Purwanto mengatakan, ada beberapa hal yang menjadi pemicu terjadinya perlambatan permintaan kredit korporasi selama tiga bulan pertama tahun ini. 

Pertama, terjadi penurunan produksi karena adanya permintaan yang melemah baik dari domestik maupun dari global. Kedua, para pelaku usaha ini beberapa melakukan wait and see untuk melakukan penundaan rencana investasi.

"Karena memang ketidakpastian di market yang cukup tinggi. Kita tahu bahwa kondisi global kita ini ketidakpastian yang cukup tinggi sehingga para pelaku usaha pun akan melakukan wait and see untuk melakukan investasi," kata dalam webinar, Senin (29/5).

Selajutnya yang ketiga, Budi melihat beberapa debitur yang penjualannya cukup baik ini melakukan efisiensi dengan mengurangi jumlah pinjaman. Hal tersebut yang menyebabkan permintaan kredit korporasi Bank Mandiri mengalami penurunan di kuartal I 2023.

Baca Juga: Jaga Rasio Kredit Macet di Bawah 1%, Ini Strategi Bank Mandiri

"Meskipun kalau kita bandingkan dengan tahun lalu secara year on year memang pertumbuhannya masih cukup baik. Di Bank Mandiri sendiri secara year on year pertumbuhan kredit kita mencapai 9% dan kita bisa menjaga kualitas kredit yang cukup baik di mana NPL ratio-nya di bawah 1%," ungkapnya.

Budi menilai, perlambatan permintaan kredit korporasi ini bisa terjadi hingga akhir tahun 2023. Apalagi tingkat suku bunga acuan diproyeksikan akan bertahan hingga akhir tahun ini di level 5,75%. 

"Kita harus melihat juga ekspektasi ke depannya. Kita sama-sama tahu bahwa kondisi geopolitik setelah perang Rusia-Ukraina ini masih belum selesai, kemudian juga ada potensi terhadap resesi di Amerika Serikat yang menjadi faktor global yang mempengaruhi," ujarnya.

Oleh sebab itu, perseroan melihat beberapa sektor yang terkait dengan ekspor ke negara-negara yang mengalami resesi ini tentu akan mengalami pelemahan permintaan kredit. Beberapa sektor tersebut di antaranya adalah furniture, commodity, dan juga garments.

"Sementara kita juga melihat bahwa sektor-sektor yang domestic based-nya masih berpotensi untuk tumbuh, inilah yang kemudian menjadi faktor pendorong untuk permintaan kredit kita. Sektor-sektor yang domestic based ini di antaranya seperti healthcare, kemudian juga telco," kata Budi.

"Kemudian juga kita sama-sama tahu bahwa hilirisasi ini didorong juga oleh pemerintah. Oleh sebab itu hilirisasi menjadi salah satu sektor yang nanti bisa mendorong pertumbuhan ekonomi dan juga pertumbuhan kredit kita. Selain dari sektor food and beverage (FNB) dan juga  Fast Moving Consumer Good (FMCG)," pungkasnya.

Sejalan dengan hal tersebut, Bank Indonesia (BI) melaporkan permintaan pembiayaan korporasi pada April 2023 terindikasi melambat. Hal tersebut tecermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pembiayaan korporasi sebesar 19,8% lebih rendah dari SBT 24,0% pada Maret 2023.

Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mengungkapkan, perlambatan tersebut utamanya terjadi pada sektor industri pengolahan, sektor pertanian, dan sektor jasa pendidikan.

“Perlambatan yang terjadi akibat dampak penurunan kegiatan operasional karena lemahnya permintaan domestik dan ekspor,” ujar Erwin dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (30/5).

Baca Juga: Bank Mandiri Mudahkan Pembelian Motor Listrik Volta Lewat Livin' by Mandiri

Penulis: Achmad Ghifari Firdaus
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Bagikan Artikel: