Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

Dalam Tiga Bulan, Maybank Indonesia Raup Laba Bersih Rp 585,23 Miliar

Dalam Tiga Bulan, Maybank Indonesia Raup Laba Bersih Rp 585,23 Miliar Kredit Foto: Sufri Yuliardi
WE Finance, Jakarta -

PT Bank Maybank Indonesia, Tbk (Maybank Indonesia) mencatatkan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 585,23 miliar pada kuartal I 2023. Nilai tersebut tumbuh 47,81% dibandingkan realisasi tahun lalu sebesar Rp 395,93 miliar.

Presiden Direktur Maybank Indonesia, Taswin Zakaria mengatakan, pencapaian ini didukung oleh peningkatan pendapatan pada komposisi aset produktif, khususnya pembiayaan segmen korporasi dan ritel yang meningkat di tengah membaiknya situasi perekonomian Indonesia.

"Bank juga membukukan kenaikan pendapatan fee, terutama dari transaksi Global Markets (GM) sehubungan dengan kembali bergairahnya pasar, menguatnya kinerja anak perusahaan, dan kualitas aset yang membaik," katanya dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (2/5).

Hal tersebut sehubungan dengan meningkatnya pendapatan komposisi aset Bank sehingga pendapatan bunga bersih atau Net Interest Income (NII) tercatat naik 6,7% yoy dan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) meningkat 35 bps menjadi 5,1% yoy.

Selain itu, perseroan juga berhasil mencatatkan pendapatan berbasis komisi atau Fee Based Income (FBI) naik 20,7% menjadi Rp 574 miliar dari Rp 475 miliar tahun lalu didukung oleh pendapatan fee Global Market yang tumbuh 98,7% menjadi Rp 101 miliar dari Rp 51 miliar di tengah pasar yang kembali bergairah.

Baca Juga: Kisah Ibu Muda di Indramayu, Sukses Jadi Pebisnis dan Agen BRILink

Selain itu, Maybank Indonesia juga membukukan kenaikan pendapatan recovery fee aset (Bank only) mencapai lebih dari 7 kali menjadi Rp 142 miliar sebagai upaya Bank dalam melakukan perbaikan aset secara intensif dalam satu tahun terakhir.

"Di tengah menguatnya pasar di sepanjang kuartal pertama 2023, Bank membukukan kenaikan pendapatan fee-based sebesar 30,6% secara kuartalan," ujarnya.

Perseroan juga mencatatkan total kredit tumbuh 7,7% menjadi Rp 107,22 triliun dari Rp 99,52 triliun. Hal tersebut didukung pertumbuhan kredit CFS Ritel sebesar 14,6% menjadi Rp 40,10 triliun dari Rp 34,98 triliun dan kredit Global Banking yang tumbuh 11,4% menjadi Rp 39,29 triliun dari Rp 35,26 triliun tahun lalu.

"Kredit CFS Ritel bertumbuh di seluruh segmen yaitu, pembiayaan otomotif anak perusahaan yang tumbuh 26,1% menjadi Rp 20,54 triliun dari Rp 16,29 triliun, bisnis kartu kredit dan KTA tumbuh 20,6% yoy dan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) tumbuh 2,2% yoy," jelas Taswin.

Sementara itu, kredit CFS Non-Ritel mencatat penurunan sebesar 5,0% menjadi Rp27,83 triliun dari Rp 29,28 triliun oleh karena segmen Business Banking mengalami penurunan sebesar 14,6%, sementara kredit segmen SME+ relatif stabil.

Namun, kredit segmen Retail Small Medium Enterprises (RSME) masih terus bertumbuh sebesar 2,3% menjadi Rp 12,74 triliun dari Rp 12,46 triliun.

Sedangakan total simpanan nasabah tercatat turun 2,2% menjadi Rp103,61 triliun dari Rp105,98 triliun sehubungan dengan strategi berkesimbungan yang diterapkan Bank untuk mengoptimalkan pendanaan berbiaya rendah melalui pemanfaatan layanan digital dalam menghimpun dana nasabah.

Berkaitan dengan strategi tersebut, Bank mencatat Giro tumbuh 19,6% menjadi Rp32,54 triliun dari Rp27,22 triliun, sedangkan Tabungan turun 6,7% dan simpanan berjangka turun 11,0%. Namun demikian, bank mencatat rasio CASA meningkat menjadi 51,9% pada Maret 2023 dari 47,1% pada Maret 2022.

"Di tengah situasi bisnis yang membaik, Bank melanjutkan berbagai aktivitas bisnis, di antaranya, kegiatan customer engagements, site visits dan berbagai program kampanye," terangnya.

Hal ini menyebabkan biaya perjalanan, outsourcing dan pemasaran mengalami kenaikan sebesar 2,4%, serta biaya personalia sebesar 7,0% sehubungan dengan inisiatif untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Dengan demikian, Bank mencatat biaya overhead naik 4,7% menjadi Rp1,45 triliun. Bank menilai bahwa kenaikan biaya overhead tersebut masih tetap dalam kendali dan di saat yang sama memastikan agar biaya-biaya tersebut dapat berkontribusi bagi peningkatan pendapatan.

Baca Juga: Didominasi Pembiayaan Investasi, Modalku Finance Capai 98% Target di 2022

Adapun kualitas aset pada kuartal pertama 2023 terus membaik, hal ini mendorong Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) mengalami penurunan sebesar 16,9%.

Sedangkan saldo Rasio non performing loan (NPL) atau kredit bermasalah turun sebesar 8,8% YoY dan rasio Loan at Risk/LAR (Bank only) tercatat membaik menjadi 12,1% pada Maret 2023 dari 17,5% pada Maret 2022.

Taswin mengatakan, perseroan mencatat rasio NPL konsolidasian membaik menjadi 3,4% (gross) dan 2,3% (net) pada Maret 2023 dari 3,9% (gross) dan 2,8% (net) pada Maret 2022. 

Adapun Rasio Loan to Deposit (LDR) (Bank only) tercatat pada tingkat yang sehat, yaitu sebesar 88,2% pada Maret 2023 dari 82,0% pada Maret 2022. Rasio Liquidity Coverage (LCR) secara bank only tercatat sebesar 174,2% pada Maret 2023, melebihi ketentuan regulator minimal 100%. 

"Rasio Kecukupan Modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) tercatat pada level yang kuat, yaitu sebesar 29,1% pada Maret 2023, dengan total modal sebesar Rp28,85 triliun pada akhir Maret 2023," pungkasnya.

Baca Juga: 7 Bank Cetak Laba Tertinggi di Indonesia Pada Kuartal I 2023, Siapa Jawaranya?

Penulis: Achmad Ghifari Firdaus
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: