Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Strategi BNI Untuk Tingkatkan Bisnis secara Sehat dan Berkelanjutan

Ini Strategi BNI Untuk Tingkatkan Bisnis secara Sehat dan Berkelanjutan Kredit Foto: BNI
WE Finance, Jakarta -

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI terus memperkuat strategi operasional bisnis yang sehat dan berkelanjutan dengan selalu memantau mitigasi risiko. Hal ini bertujuan agar perseroan memiliki daya tahan dan mampu mengantisipasi berbagai risiko global.

Direktur Utama BNI, Royke Tumilaar mengungkapkan, dinamika pasar keuangan yang cukup volatil sejak 2008 hingga akhir-akhir ini memang cukup menantang bagi perbankan nasional. Meski demikian, kejatuhan beberapa bank di Amerika tidak lantas berdampak terhadap perbankan di Indonesia.

"Perbankan perlu memiliki strategi yang tepat, baik dari sisi missmacth yang harus dikelola serta risiko konsentrasi pada sisi aset maupun liabilitas. Artinya balance itu, kita harus jaga jangan sampai kita mengalami kesulitan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (10/4).

Ia menjelaskan, risiko pasar atas investasi harus diperhatikan di mana aset harus memiliki fleksibilitas agar mudah dikelola. Menurutnya, komunikasi perusahaan kepada pihak eksternal harus dilakukan secara hati-hati karena menyangkut reputasi bank.

Royke berpendapat, setiap perusahaan termasuk bank memiliki tujuan bisnis yang pada dasarnya merujuk pada pertumbuhan aset maupun liabilitas yang berkesinambungan dan market share yang terus tumbuh.

“Jika tidak dikomunikasikan dengan baik akan direspons negatif baik oleh kreditur atau pun investor, jadi di dalam komunikasi ini peran paling penting dalam melakukan komunikasi dan corporate action,” tuturnya.

Baca Juga: BTN Siapkan Uang Tunai Rp 25,80 Triliun untuk Kebutuhan Transaksi Jelang Lebaran 2023

Ia menambahkan, perbankan juga penting dalam mengelola matching produk dan melakukan mitigasi risiko. Selain itu, perlu juga mengelola strategi funding terkait diversifikasi produk termasuk asset sales management hingga melakukan stress testing secara rutin atas potensi risiko yang mungkin terjadi.

Royke menyebutkan, aset yang paling mengandung risiko adalah treasury asset yang merupakan bagian dari liquidity management.

"Hal ini harus dilakukan secara optimal dengan menetapkan tujuan awal investasi dengan rancana bank yang telah ditetapkan. Jangan sampai tujuan awal tidak sesuai rencana,” ucapnya.

Selain itu, kata Royke, perbankan harus selalu memperhatikan kondisi pasar keuangan, sinyal-sinyal di market sehingga mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memperpanjang atau memperpendek durasi investasi.

“Kita mulai melakukan penyesuaian aset dan tenor, bagaimana tingkat ranking likuiditas, kita harus melakukan penyusunan,” kata Royke.

Teknikal analisis juga penting untuk dicermati sebelum melakukan penempatan dana dan harus dengan risiko koridor yang terukur sehingga membatasi kerugian yang akan mungkin timbul dari risiko pasar.

“Kesimpulannya liquidity is a king, bagaimana sebuah bank bisa mengelola likuiditas dan memitigasi risiko. Kita benar-benar harus memperhatikan likuiditas bank dan juga harus melakukan perencanaan yang baik,” pungkasnya.

Baca Juga: Semakin Diminati Masyarakat, Transaksi BRImo Melonjak hingga 154,63% 

Penulis: Alfi Salima Puteri
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Bagikan Artikel: