Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bank BTPN Bidik Penyaluran Kredit Tumbuh Hingga 11% Tahun Ini

Bank BTPN Bidik Penyaluran Kredit Tumbuh Hingga 11%  Tahun Ini Kredit Foto: Achmad Ghifari Firdaus
WE Finance, Jakarta -

PT Bank BTPN Tbk (Bank BTPN) menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 9%-11% pada 2023. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, di mana total kredit yang disalurkan mengalami peningkatan sebesar 8% menjadi Rp 146,12 triliun.

Direktur Utama Bank BTPN Henoch Munandar mengatakan, pihaknya berharap permintaan kredit tahun ini masih cukup deras. Dari portofolio kredit, saat ini masih didominasi segmen korporasi.

"Tahun ini mencanangkan pertumbuhan semua segmen tidak hanya di korporasi, termasuk usaha kecil menengah atau small medium enterprise (SME), mikro, dan digital lounge product," ujar Henoch saat konferensi pers kinerja Bank BTPN tahun 2022, Selasa (28/2).

Selain itu, perseroan berupaya mempertahankan posisi pangsa pasar bisnis pensiun yang telah menjadi awal bisnis perseroan. Bauran kebijakan dari pemerintah maupun Bank Indonesia (BI) diharapkan bisa mengakselerasi pertumbuhan perekonomian nasional. Sehingga permintaan kredit dari semua segmen bisa terus tumbuh. 

Henoch mengatakan, pertumbuhan kredit perseroan tetap mengedepakan prinsip hati-hati. Sehingga perseroan terus menjaga kualitas kredit dengan menjaga tingkat kredit macet (NPL) di bawah 1,7% hingga 1,5%.

Baca Juga: Simpanan Nasabah Jenius BTPN Melonjak 52% Jadi Rp 23,7 Triliun pada 2022

"Kami juga terus berusaha memupuk pencadangan kerugian sebagai suatu antispasi dalam menjalankan bisnis bank secara prudent," terangnya.

Sejalan dengan itu, perusahaan juga berhasil membukukan laba bersih konsolidasi sebesar Rp 3,10 triliun sepanjang 2022. Nilai tersebut tumbuh 16% dari pencapaian tahun sebelumnya sebesar Rp 2,67 triliun.

Kenaikan laba bersih ini terutama didukung oleh peningkatan pendapatan operasional dan penurunan biaya kredit. Pendapatan operasional naik 4% menjadi Rp 13,69 triliun, sementara biaya kredit turun 13% menjadi Rp 1,84 triliun

Sementara aset perusahaan meningkat 9% menjadi Rp 209,17 triliun pada 2022. Perusahaan juga mampu mengoptimalkan Dana Pihak Ketiga (DPK) melalui penyesuaian kebutuhan pendanaan kredit dan kebutuhan likuiditas sehingga DPK meningkat 5% menjadi Rp 114,87 triliun pada akhir 2022.

"Pertumbuhan DPK disumbang oleh saldo dana murah (CASA) yang meningkat 6% menjadi Rp 40,16 triliun, time deposit yang naik 4% menjadi Rp 74,70 triliun pada akhir tahun lalu. Rasio CASA pun sedikit meningkat dari 34,6% menjadi 35,0%," pungkas Henoch.

Baca Juga: Terseret Kasus Wanaartha Life, OJK Cabut Izin Akuntan Publik dan KAP

Penulis: Achmad Ghifari Firdaus
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Bagikan Artikel: