Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

Asabri Hingga Taspen Disebut Sudah Raih Untung, Sedangkan Indonesia Re Masih Rugi

Asabri Hingga Taspen Disebut Sudah Raih Untung, Sedangkan Indonesia Re Masih Rugi Kredit Foto: BUMN
WE Finance, Jakarta -

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menyebut kinerja perusahaan asuransi dan dana pensiun milik BUMN semakin membaik. Hal ini disampaikan Erick saat Rapat Bersama Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin (13/2).

Dia memaparkan mulai dari PT Asabri (Persero) yang berhasil mencatatkan laba bersih senilai Rp 3,8 triliun. Sedangkan PT Taspen (Persero) mengantongi laba senilai Rp 156 miliar sepanjang tahun 2022.

“Asabri sudah sehat sekarang, kurang lebih (laba bersih) Rp 3,8 triliun, Taspen juga ada Rp 156 (miliar),” ujar Erick.

Berbeda dengan Asabri dan Taspen, Erick justru mengungkapkan kondisi PT Reasuransi Indonesia Utama (Indonesia Re) belum sepenuhnya baik. Menurutnya, masih ada catatan untuk kinerja perusahaan reasuransi berpelat merah itu.  

“Yang menjadi catatan itu Reasuransi Indonesia Utama, ini yang pernah kita bahas juga karena ada undang-undang yang menjadi perhatian,” ungkapnya.

Baca Juga: Tekan Emisi Karbon, BNI Salurkan Sustainability Linked Loan (SLL) Senilai Rp 5,3 Triliun

Sementara itu, Holding BUMN Asuransi dan Penjaminan, Indonesia Financial Group (IFG) juga berhasil memperoleh laba bersih senilai Rp 3,44 triliun pada 2022. Angka itu naik 0,5% dibandingkan tahun sebelumnya.

Lebih lanjut, Erick juga melaporkan bahwa industri jasa keuangan memiliki kontribusi paling tinggi dalam mencatatkan laba bersih. Bukan hanya sektro perbankan, industri jasa asuransi dan pensiun juga mencatatkan laba yang baik. 

“Jasa keuangan paling tinggi kontribusinya ada BRI hampir di atas Rp 50 triliun labanya, BTN di atas Rp 3 triliun, BNI di atas Rp 18 triliun, Bank Mandiri di atas Rp 44 triliun. Untuk jasa asuransi dan dana pensiun kalau kita lihat IFG juga ada laba yang baik,” jelasnya.

Indonesia Re

Berdasarkan laporan keuangan unaudited per kuartal IV 2022, Indonesia Re membukukan rugi senilai Rp 261,62 miliar. Realisasi itu mengalami perbaikan sekitar 50,52% dibandingkan tahun sebelumnya yakni rugi senilai Rp 517,86 miliar. 

Adapun, rasio pencapaian solvabilitas atau risk based capital (RBC) perseroan sebesar 129,09%. Pada kesempatan berbeda, Direktur Utama Indonesia Re Benny Waworuntu mengungkapkan, perbaikan kinerja tersebut dipengaruhi sejumlah fator. 

"Salah satunya adalah portofolio bisnis reasuransi jiwa yang sangat terdampak oleh lonjakan klaim dari produk asuransi kesehatan dan asuransi jiwa kredit (AJK) akibat merebaknya varian Delta Covid-19 pada kuartal IV 2021," terangnya. 

Baca Juga: Jaring Nasabah Baru, BRI, Pegadaian dan PNM Andalkan Aplikasi Senyum

Lini bisnis reasuransi jiwa, jelasnya, masih terdampak klaim Covid-19 pada 2021 lantaran pelaporan klaimnya masuk di kuartal I 2022 atau mengalami keterlambatan (claim delay). Di samping itu, masih ada klaim Covid-19 yang terjadi pada 2022 yang mayoritas berasal dari produk asuransi kesehatan.

Namun sampai dengan Desember 2022, total klaim Covid-19 sudah jauh menurun dibandingkan dengan tahun 2021. Total klaim Covid-19 2021 sebesar Rp 325 miliar dan total klaim Covid-19 sampai Desember 2022 sebesar Rp 98 miliar.

Dampak Covid-19 juga memengaruhi kinerja underwriting sektor reasuransi umum. Secara tidak langsung, lini usaha aneka khususnya lini finansial yang mencakup suretyship dan asuransi kredit, membukukan nilai klaim sekitar Rp 200 miliar pada 2021. Sampai dengan Desember 2022, hasil underwriting sektor asuransi kredit minus Rp 123 miliar.

Di samping perbaikan portofolio, Indonesia Re juga akan melakukan eksplorasi bisnis baru untuk melanjutkan pemulihan kinerja di 2023. Hal itu dilakukan melalui kerja sama dengan cedant dan stakeholder lain di antaranya dengan menyiapkan asuransi untuk mobil listrik, pembangunan ibu kota negara, pengembangan reasuransi untuk aset BUMN, dan energi terbarukan.

Benny menjelaskan asuransi properti masih menjanjikan pada 2023 sehingga Indonesia Re akan melakukan penjajakan mengenai penutupan aset BUMN. Perusahaan juga akan mengeksplorasi bisnis lainnya yang juga mendukung program pemerintah, tren kendaraan bermotor listrik, serta area bisnis baru lainnya.

Baca Juga: Mandiri Sekuritas Gelar Kompetisi Trading, Total Hadiah Rp 888 Juta dan Saham BMRI

Untuk lini bisnis reasuransi jiwa, Indonesia Re akan secara aktif meningkatkan porsi bisnis produk asuransi individu jiwa. Pasalnya, lini bisnis ini selalu memberikan hasil positif dalam portfolio Indonesia Re.

"Pada 2019, porsi asuransi individu jiwa dalam portofolio bisnis perseroan mencapai 26%, sedangkan hingga september 2022 porsinya meningkat menjadi 38%," terangnya. 

Strategi lain yang akan ditempuh adalah perbaikan pengelolaan aset atau portofolio Investasi. Hal ini ditempuh melalui penguatan tata kelola, kebijakan investasi dengan pendekatan liability driven investment dan strategi yang lebih memprioritaskan aspek solvabilitas dan manajemen risiko.

"Indonesia Re juga akan memacu efisiensi biaya dengan pemanfaatan teknologi secara optimal yang diharapkan memberikan dampak positif dalam hal penghematan biaya operasional perusahaan," lanjutnya. 

Selain itu, Indonesia Re juga merencanakan penguatan permodalan. Benny mengatakan Kementerian BUMN memberikan sinyal positif terkait dukungan penambahan modal kepada Indonesia Re pada 2023. Pihaknya saat ini sedang menunggu surat resmi Kementrian BUMN terkait dukungan penambahan modal. 

Dalam hal ini, Indonesia Re juga sedang melakukan pengajuan tambahan modal kepada pemegang saham melalui Penyertaan Modal Negara (PMN). Sementara untuk memperbaiki struktur permodalan, perusahaan mengusulan untuk mengkonversi liabilitas Rekening Dana Investor (RDI) menjadi PMN non tunai.

Baca Juga: BSI Dorong Pembiayaan Sektor Riil dan Sindikasi

Penulis: Alfi Salima Puteri
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Bagikan Artikel: