PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menegaskan bahwa penetapan suku bunga murah bukan merupakan faktor utama dalam mempengaruhi pertumbuhan kredit di sektor UMKM. Hal ini berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh perseroan.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, pertumbuhan ekonomi dan cadangan likuiditas yang memadai merupakan faktor yang berpengaruh besar pada pertumbuhan kredit perbankan.
"Pertumbuhan ekonomi dan kondisi likuiditas justru memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan kredit dibandingkan penetapan suku bunga murah," ujarnya dalam acara BRI Microfinance Outlook 2023, Kamis (26/1).
Adapun untuk variabel yang diperkirakan sensitif terhadap elastisitas paling tinggi adalah pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat. Sunarso juga menegaskan bahwa penetapan suku bunga naik atau turun ternyata tidak signifikan pengaruhnya terhadap pertumbuhan kredit.
Baca Juga: Dukung Transformasi Bisnis, BRI Diminta Akuisisi Seluruh BPD di Indonesia
Sementara itu, porsi kredit untuk UMKM dari seluruh perbankan dan lembaga pembiayaan di Indonesia mencapai 21% hingga saat ini. Dari nilai tersebut, Sunarso mengatakan BRI berkontribusi hingga 67%.
"Sedangkan untuk portofolio kredit UMKM di BRI sudah mencapai 84 persen dari total portofolio kredit. Nilai tersebut akan terus ditingkatkan lagi hingga 85% pada 2025," terangnya.
Sunarso mengatakan, dalam menyusun kebijakan kenaikkan suku bunga kredit ke depan, pihaknya akan menyikapinya dengan berbagai bijak. BRI juga akan mengikuti regulasi pemerintah apabila terdapat kebijakan kredit murah yang sejalan dengan penetapan efisiensi operasional secara digital untuk menekan biaya operasional.
Baca Juga: Komisi XI DPR Dorong BRI Perkuat Fungsi Intermediasi hingga Penyaluran KUR
Penulis: Achmad Ghifari Firdaus
Editor: Ferrika Lukmana Sari
Tag Terkait: