Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

Banjir Permintaan Kredit, Laba BRI Melonjak Jadi Rp 29,56 Triliun hingga Juni 2023

Banjir Permintaan Kredit, Laba BRI Melonjak Jadi Rp 29,56 Triliun hingga Juni 2023 Kredit Foto: BRI
WE Finance, Jakarta -

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) berhasil membukukan laba secara konsolidasian senilai Rp 29,56 triliun hingga semester I 2023. Nilai tersebut tumbuh 18,83% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan, faktor utama penopang kinerja BRI diantaranya adalah pertumbuhan kredit mikro dan CASA yang mencapai double digit, kualitas aset terjaga, rasio efisiensi yang membaik.

"Kemudian proporsi fee based income yang terus tumbuh konsisten, serta semakin solidnya kinerja perusahaan anak yang tergabung dalam BRI Group," kata  dalam pemaparan kinerja keuangan triwulan II 2023 pada Rabu (30/8).

Dari sisi penyaluran kredit, BRI berhasil menyalurkan kredit dan pembiayaan senilai Rp 1.202,13 triliun dengan penopang utama pertumbuhan yakni pada segmen mikro yang tumbuh 11,41% secara yoy menjadi Rp 577,94 triliun. Dengan demikian, porsi kredit mikro telah mencapai 48,08% terhadap total penyaluran kredit BRI.

Selanjutnya, penyaluran kredit mikro yang tumbuh double digit membuat proporsi kredit UMKM BRI juga terus meningkat. Hingga akhir triwulan II 2023, sebesar 84,48% dari total kredit BRI atau senilai Rp 1.015,54 triliun merupakan kredit yang disalurkan kepada segmen UMKM.

“Hal ini menjadi pertama kalinya kredit UMKM BRI menembus di atas Rp 1.000 triliun, dan BRI berkomitmen untuk terus meningkatkan porsi kredit UMKM mencapai 85% di tahun 2024”, tambah Sunarso.

Baca Juga: Penyaluran Kredit UMKM Bank Mandiri Capai Rp 119,7 triliun hingga Juni 2023

Kemampuan BRI menyalurkan kredit juga diimbangi dengan kualitas kredit yang disalurkan. Dengan rasio kredit macet atau Non-Performing Loan (NPL) BRI tercatat sebesar 2,95% atau membaik apabila dibandingkan NPL pada triwulan II 2022 sebesar 3,26%.

Hal ini membuat credit cost BRI menurun, dari semulai 3,11% pada triwulan II 2022 menjadi 2,26% pada triwulan II 2023. Kemudian, nilai aset perusahaan meningkat 9,21% yoy menjadi Rp 1.805,15 triliun.

“Keberhasilan BRI mengelola NPL juga diimbangi dengan pencadangan yang memadai, di mana hingga akhir Triwulan II 2023 tercatat NPL Coverage BRI sebesar 248,54%," ujar Sunarso.

Sementara itu, dari sisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), BRI mencatatkan total DPK senilai Rp 1.245,12 triliun. Penopang utama pertumbuhan DPK BRI bersumber pada dana murah (CASA) yang tercatat tumbuh 10,13% yoy menjadi Rp 815,42 triliun.

Dari situ, porsi CASA (Giro dan Tabungan) BRI pun terus meningkat, dari semulai 65,12% pada triwulan II 2022 menjadi 65,49% pada triwulan II 2023.

Sunarso bilang, perusahaan memiliki dua strategi utama untuk mendorong penghimpunan CASA ke depan, yakni fokus pada retensi dan akuisisi.

"Untuk retensi, strategi BRI akan difokuskan pada transaksi digital, mengoptimalkan value chain nasabah wholesale, serta menggunakan big data untuk memaksimalkan peluang dari nasabah. Sedangkan untuk akuisisi, BRI akan menargetkan ekosistem bisnis serta merchant”, urai Sunarso.

Baca Juga: Dorong Pertumbuhan Dana Murah, BSI Perkuat Penetrasi Produk Tabungan

Dari sisi operasional, business process reengineering yang dilakukan mampu meningkatkan efisiensi dalam operasional bisnis BRI. Hal tersebut tercermin dari rasio BOPO dan CIR yang tercatat membaik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) membaik dari semula 69,56% menjadi 67,71% dan Cost to Income Ratio (CIR) membaik dari semula 44,30% menjadi 41,79%.

Selain itu, rasio efisiensi BRI yang terus membaik tak lepas dari transformasi digital yang terus dijalankan. BRI sendiri terus mengembangkan area digital melalui tiga fokus yakni Digitizing Core, Digital Ecosystem serta New Digital Proposition.

"Kemudian transformasi digital yang dilakukan oleh BRI tidak hanya memberikan dampak dari sisi efisiensi namun juga memberikan dampak signifikan terhadap pencapaian fee based income perseroan. Di mana fee based income konsolidasian BRI tercatat tumbuh 9,14% yoy menjadi Rp 10,22 triliun”, imbuh Sunarso. 

Hingga akhir triwulan II 2023 likuiditas dan permodalan BRI pun berada di level yang memadai. Hal tersebut tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) bank sebesar 87,26% dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 26,65%.

“Ditopang oleh likuiditas yang memadai dan permodalan yang kuat tersebut, BRI optimistis akan mampu mendorong menggerakkan perekonomian nasional melalui pembiayaan dan pemberdayaan UMKM,” tutup Sunarso.

Baca Juga: Ditopang Segmen Mikro, Penyaluran Kredit BRI Tembus Rp 577,94 Triliun di Semester I 2023

Penulis: Achmad Ghifari Firdaus
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Bagikan Artikel: