Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bank - bank di AS Berguguran, Bagaimana Dampaknya Terhadap Perbankan Nasional?

Bank - bank di AS Berguguran, Bagaimana Dampaknya Terhadap Perbankan Nasional? Kredit Foto: Reuters
WE Finance, Jakarta -

Tiga bank besar di Amerika Serikat (AS) mengalami kebangkrutan dalam waktu berdekatan. Mereka adalah Silvergate Bank, Silicon Valley Bank, dan Signature Bank. 

Kegagalan ketiga bank tersebut memicu kekhawatiran investor sehingga akan memicu krisis finansial di AS yang dapat merembet ke berbagai belahan dunia lainnya. Bahkan yang terbaru, First Republic Bank juga ikut kolaps. 

Menanggapi hal itu, Chief Economist Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo menilai, bangkrutnya bank asal AS tidak terlalu berdampak bagi Indonesia. 

Walau begitu, menurut Surya, terdapat dampak rembetan yang akan dirasakan antar sektor keuangan meski tidak terlalu signifikan. Bahkan masalah tersebut dapat berpengaruh terhadap volatilitas nilai tukar dan bonds market alias pasar surat utang. 

"Risiko global berkaitan dengan harga komoditas dan itu bisa berdampak jika terjadi secara jangka panjang sehingga bisa mengerek harga komoditas dan sektor lainnya," ujar Surya saat ditemui, di Jakarta pada Rabu (3/5).

Namun Surya tetap optimistis, Indonesia hanya memiliki keterkaitan kecil dengan bank-bank asal AS tersebut. Terlebih, tingkat permodalan perbankan nasional masih relatif tinggi untuk menutupi risiko likuiditas.  

"Karena regulator perbankan di Indonesia akan langsung bertindak cepat untuk memitigasi dampak dari risiko volatilitas yang terjadi di pasar keuangan global," ungkapnya. 

Baca Juga: Lampaui Target, Penyaluran Kredit Bank Jatim Capai Rp 47,99 Triliun Pada Kuartal I 2023

Selain itu, dampaknya juga relatif terbatas terhadap perbankan nasional. Sebab, Bank Indonesia (BI) gencar melakukan intervensi dengan berbagai kebijakan untuk memastikan kurs Rupiah tetap terjaga. 

"Jadi, untuk transmisi ke Indonesia itu bantalannya sudah di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan BI. Kemudian, bank di Indonesia juga tidak terkoneksi terhadap perbankan global," katanya. 

BSI bersama forum yang lain juga terus melakukan sejumlah strategi untuk menghadapi tantangan ke depan agar sektor keuangan tetap terjaga dan dapat menyesuaikan kondisi tersebut. 

Di sisi lain, bagi Surya, kehadiran digitalisasi dinilai sangat membantu dan menjadi obat di tengah gejolak pandemi, khususnya fokus pada keamanan dan stabilitas sistem keuangan di tanah air. 

"Kalau dari sektor keuangan, memang selama pandemi sangat tertolong dengan pembiayaan konsumer ya, karena itu yang tumbuh, nah kalau ekonomi sudah membaik seharusnya sektor lain bisa optimal. Namun, tidak semua bisa take off dengan mudah," kata Surya. 

Surya mencontohkan bisnis restoran dan kafe di Bali belum sepenuhnya pulih, sehingga perlu solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Apalagi, Indonesia memasuki tahun politik yang ada berdampak pada kondisi market. 

"Memang perlu mem-boosting likuiditas dan perekonomian di pasar sehingga pelaku pasar cukup percaya diri bahwa (ekonomi) Indonesia bisa stabil," pungkasnya. 

Baca Juga: Gantikan Bos OJK, Hadiyanto Ditunjuk Jadi Komisaris Utama SMI

Penulis: Wenti Ayu Apsari
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Bagikan Artikel: