Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

Restrukturisasi Kredit Turun, Kualitas Kredit Perbankan Makin Sehat

Restrukturisasi Kredit Turun, Kualitas Kredit Perbankan Makin Sehat Kredit Foto: Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
WE Finance, Jakarta -

Nilai restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 terus melandai. Hal ini seiring dengan momentum pertumbuhan ekonomi nasional sehingga nasabah mulai kembali membayarkan kewajiban kreditnya kepada perbankan. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, restrukturisasi kredit perbankan terus menurun menjadi Rp 435,74 triliun pada Januari 2023. Dengan jumlah debitur yang menurun dan saat ini tersisa 2,02 juta. 

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae mengatakan, nilai restrukturisasi kredit tersebut sudah jauh menurun dibandingkan kondisi puncaknya pada Oktober 2022 yakni sebesar Rp 830 triliun.

Penurunan tersebut juga dibarengi kualitas kredit perbankan yang makin sehat. Hal ini tercermin dari penurunan rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) pada awal tahun 2023. 

"Sedangkan risiko kredit di awal 2023 masih terjaga dengan rasio NPL net perbankan sebesar 0,76% dan NPL gross sebesar 2,59%," kata Dian dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) Februari 2023, Senin (27/2).

Sementara likuiditas industri perbankan masih di atas threshold dengan rasio likuditas yang terjaga. Tercatat rasio Alat Likuid/Non-Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) masing-masing sebesar 129,64% dan 29,13%. 

Baca Juga: OJK Optimis Ekonomi Indonesia akan Baik-baik Saja Meski Ada Ancaman Resesi

"Nilai tersebut jauh di atas ambang batas ketentuan masing-masing sebesar 50% dan 10%," terang Dian. 

Dengan likuiditas yang masih solid, penyaluran kredit juga terkerek. Tercatat penyaluran kredit telah mencapai Rp6.310,88 triliun pada Januari 2023. Nilai tersebut tumbuh 10,53% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 

Perbaikan kinerja perbankan juga dialami oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI). Sampai dengan akhir 2022 total restrukturisasi kredit Covid-19 (bank only) di Bank Mandiri sebesar Rp 35,9 triliun, jauh menurun dibandingkan kondisi akhir tahun 2021 yang mencapai Rp 69,7 triliun.

"Sebagai langkah antisipasi potensi penurunan kualitas kredit, kami terus menjaga pembentukan pencadangan. Per akhir Desember 2022, Bank Mandiri telah membukukan biaya CKPN secara bank only sebesar Rp 10,3 triliun dengan rasio NPL coverage berada di level yang memadai," kata Darmawan dalam paparan kinerja kuartal IV 2022, Senin (31/1).

Lebih lanjut, Darmawan mengatakan, perseroan juga mendorong efisiensi biaya pencadangan sehingga cost of credit (CoC) membaik dari 1,91% ke level 1,21%, terendah dalam beberapa tahun terakhir.

“Secara pertumbuhan, dari sisi target sudah tercapai. Selain itu, dengan peran digitalisasi yang kami dorong terus mengakselerasi kinerja bisnis Bank Mandiri dan ke depan kami harapkan perbaikan ini dapat berlanjut di tahun 2023,” terangnya.

Bank Mandiri berhasil menyalurkan kredit secara konsolidasi sebesar Rp 1.202,2 triliun di 2022. Nilai itu tumbuh 14,48% yoy dari posisi 2021 sebesar Rp 1.050,15 triliun. Dengan pencapaian tersebut, Bank Mandiri optimis pertumbuhan kredit bisa kisaran 10% - 12% yoy pada 2023. 

Baca Juga: Ditopang Simpanan Nasabah, Aset BPR Melonjak Jadi Rp 202,46 triliun

Penulis: Achmad Ghifari Firdaus
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Bagikan Artikel: