Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

Masih Dalam Proses, BSI Segera Akusisi BTN Syariah

Masih Dalam Proses, BSI Segera Akusisi BTN Syariah Kredit Foto: Sufri Yuliardi
WE Finance, Jakarta -

Rencana PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) mengakusisi Uni Usaha Syariah (UUS) BTN semakin dekat. Saat ini, proses akusisi tersebut masih berjalan dan diharapkan rencana ini bisa memperbesar ceruk pasar bisnis syariah di Indonesia. 

"Saat ini tentunya progres integrasi (BTN Syariah), kami harapkan berjalan lancar dan sedang berjalan," kata Sekretaris Perusahaan BSI Gunawan A. Hartoyo usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BSI pada Jumat (23/9).

Namun Gunawan tidak merinci proses akuisisi tersebut. Ia hanya menyebut bahwa proses intergrasi UUS BTN dan BSI akan tunduk terhadap aturan yang berlaku sebagaimana rekomendasi dan arahan pemegang saham, seperti Bank Mandiri, Bank BRI, dan Bank BNI.

Di tengah proses tersebut, pihaknya melihat rencana penggabungan tersebut akan memperbesar bisnis BSI. Sebab, perusahaan melihat potensi bisnis dari penduduk Indonesia yang mayoritas adalah muslim. 

"Mayoritas penduduk Indonesia beragama islam. Dari 229 juta jumlah penduduk, 87,2% (beragama islam) dari total populasi. Ini merupakan peluang BSI untuk bisa memberikan kontribusi lebih baik lagi dengan memajukan ekosistem halal dan pertumbuhan ekonomi nasional," jelasnya. 

Sebelumnya, Bank BTN mengungkapkan alasan kenapa melepas BTN Syariah. Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo menyatakan, perusahaan harus memenuhi Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang mengharuskan UUS berpisah dari induk. 

Dengan tenggat waktu hingga Juni 2023, berbagai opsi ditempuh bank untuk memenuhi ketentuan tersebut mulai dari spin off, menjual bisnis UUS ke Bank Umum Syariah (BUS) lain atau menutup portofoilio syariah. 

"Menyerahkan aset syariah ke bank syariah yang sudah ada, menjadi opsi yang terbaik dan memungkinkan (bagi BTN)," Kata Haru.

Nantinya, kata Haru, baik aset dan liabilitas akan diperhitungkan sebelum BTN Syariah dilepas. Jika nanti ada kelebihan perhitungan nilai aset, maka akan masuk sebagai kas perusahaan dan digunakan untuk ekspansi kredit. 

"Salah satu komponen aset tertimbang menurut risiko (ATMR) akan dirilis. Jika ATMR lebih kecil dari aset yang dilimpahkan maka akan diganti menjadi kas," jelas dia. 

ATMR sendiri merupakan jumlah aset sebuah bank yang berdasarkan profil risiko masing - masing aset tersebut. Semakin rendah ATMR, maka risiko penempatan aset tersebut juga makin rendah. 

Jauh sebelum itu, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sudah mengumumkan rencana BSI mengakusisi BTN Syariah. Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo menyatakan, konsolidasi kedua bank merupakan visi pemerintah.

"Hal ini untuk mendorong penguatan ekonomi dan perbankan syariah melalui BSI. Kemudian BSI dapat memperbesar dan memperkuat posisinya dalam hal kapitalisasi pasar," terangnya. 

Oleh karena itu, ia menyebut ekonomi syariah menjadi salah satu faktor utama dan bukan sekadar alternatif pemacu pertumbuhan ekonomi nasional, termasuk dalam pengembangan segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Selain itu, kata Tiko, konsolidasi tersebut juga penting untuk memperkuat perbankan dan ekosistem ekonomi syariah. Kemudian aset perusahaan juga tumbuh lebih besar. Untuk itu, keduanya harus saling menguatkan dan tidak jalan sendiri - sendiri. 

"BSI pun dapat menjadi bank syariah yang lebih modern dan dapat memenuhi kebutuhan generasi milenial. Kemudian dapat mengakususi nasabah baru secara lebih cepat karena jangkauan pasar dan nasabah menjadi lebih luas,” jelasnya. 

Sejalan dengan rencana tersebut, BTN Syariah menorehkan kinerja cemerlang. Hingga semester I 2022, anak usaha BTN ini berhasil cetak laba bersih senilai Rp 190,9 miliar, atau meningkat 118,06% secara tahunan (yoy). 

Capaian positif tersebut didukung pertumbuhan bisnis yang stabil. Pembiayaan syariah tercatat juga tumbuh 8,86% menjadi Rp 29,24 triliun dibandingkan akhir semester I 2021 yakni sebesar Rp 26,86 triliun. 

Sementara total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perusahaan mencapai Rp 30,49 triliun tumbuh 13,37% yoy. Dengan capaian tersebut, aset BTN Syariah tumbuh 13,78%  menjadi Rp 40,35 triliun pada semester I 2022. 

Penulis: Achmad Ghifari Firdaus
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Bagikan Artikel: