Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

Masuk Tahun Pemilu, Bank Indonesia Prediksi Kredit Perbankan Tumbuh 10% - 12% di 2024

Masuk Tahun Pemilu, Bank Indonesia Prediksi Kredit Perbankan Tumbuh 10% - 12% di 2024 Kredit Foto: Antara/Sigid Kurniawan
WE Finance, Jakarta -

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyebut kinerja ekonomi Indonesia merupakan salah satu yang terbaik meskipun terjadi gejolak ekonomi global. Hal ini disampaikan pada saat membuka acara ASEAN Fest 2023, di Jakarta, Selasa (22/8).

Menurutnya, capaian tersebut berhasil diraih dengan adanya bauran kebijakan antara BI dengan pemerintah. Adapun bauran kebijakan BI pada 2023 dan 2024 mencakup kebijakan moneter untuk pro-stabilitas sementara kebijakan manufakturnya mengarah ke pro-pertumbuhan (pro-growth). 

"Kami sangat inovatif. Kami memiliki kerangka dasar penargetan inflasi, namun kami juga menangani permasalahan arus modal dan sistem keuangan terkini dengn stabil," jelas Perry.

Tak hanya itu, Bank Indonesia juga terus berkoordinasi dengan pemeritah terkait dengan kebijakan fiskal dan reformasi struktural, serta bersama dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK).

Baca Juga: Melonjak Signifikan, Transaksi Livin by Mandiri Tembus Rp 1.700 Triliun hingga Juli 2023

"Kita memiliki koordinasi kebijakan fiskal dan moneter yang sangat erat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan mencapai 4,5%  sampai 5,3% sehingga konsumsi domestik sekitar 5,1%, investasi, inflasi turun cepat, salah satu yang tercepat di dunia. Tahun lalu, hampir 7%  bulan lalu hanya 3% dan akan turun," ungkapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Perry menyampaikan bahwa BI memperkirakan kredit perbankan dapat tumbuh di kisaran 9%-11% di tahun ini. Sementara itu, pada tahun depan diperkirakan akan tumbuh di kisaran 10%-12%, seiring dengan masuknya tahun pemilu.

Selain itu, Perry menyebut semua orang di negara berkembang menghadapi dilema kebijakan untuk meredam inflasi ekonomi. Tak terkecuali negara seperti Amerika Serikat (AS).

"AS berjuang hanya menggunakan satu suku bunga untuk melawan inflasi. Butuh waktu sangat lama dan sekarang resesi. Eropa, inflasi tinggi sangat tinggi. Suku bunga the Fed, kami pikir akan demikian selesai, tetapi akan ada satu atau dua kali lagi," pungkasnya.

Baca Juga: Cegah Penipuan Investasi, OJK Perkuat Literasi dan Inklusi Keuangan Untuk Perempuan dan UMKM

Penulis: Achmad Ghifari Firdaus
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Bagikan Artikel: