Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

Bisnis Multifinance Meningkat, Ditopang Pembiayaan Modal Kerja dan Investasi

Bisnis Multifinance Meningkat, Ditopang Pembiayaan Modal Kerja dan Investasi Kredit Foto: Antara/Galih Pradipta
WE Finance, Jakarta -

Bisnis multifinance terus menggeliat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat nilai outstanding piutang pembiayaan industri multifinance mencapai Rp 435,53 triliun, atau meningkat 16,35% yoy pada Maret 2023.

Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Lembaga Penjamin dan Dana Pensiun, Ogi Prastomiyono mengatakan peningkatan pembiayaan tersebut, didukung oleh pembiayaan modal kerja dan investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 34,25% yoy dan 19,14% yoy.

"Adapun profil risiko perusahaan pembiayaan masih terjaga dengan rasio non performing financing (NPF) naik menjadi sebesar 2,37%," terang Ogi dalam Rapat Dewan Komisioner (RDK) OJK secara virtual, Jumat (5/5).

Kemudian, pada gearing ratio perusahaan pembiayaan tercatat sebesar 2,11 kali meski mengalami kenaikan yang jauh di bawah batas maksimum 10 kali pada Maret 2023. 

Di sisi lain, OJK mengimbau perusahaan pembiayaan untuk menjaga pemenuhan ketentuan ekuitas minimum sebagai buffer untuk mengantisipasi kondisi dinamika ekonomi global maupun domestik.

"Perusahaan juga harus melakukan stress test dan sensitivity analysis secara berkala sebagai upaya preventif dalam mengantisipasi terjadinya skenario terburuk," jelas Ogi.

Baca Juga: OJK: Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Tetap Terjaga di Tengah Gejolak Perbankan Global

Menurut Ogi, upaya tersebut mesti dilakukan karena kemampuan keuangan nasabah untuk memenuhi kewajiban pelunasan pembiayaan yang berpotensi menurun di tengah ketidakpastian perekonomian global.

Sebab, eskalasi tensi geopolitik, dilanjutkan permasalahan perbankan AS serta tingkat inflasi global yang meskipun menurun masih bertahan di tingkat yang tinggi menjadi sumber potensi kerentanan utama bagi stabilitas sektor keuangan global. 

Beberapa indikator sektor riil AS juga bergerak melemah sehingga meningkatkan kekhawatiran akan terjadinya resesi serta isu batasan debt ceiling AS yang menambah ketidakpastian di pasar. 

"Kekhawatiran akan pengetatan likuiditas juga terus meningkat di tengah berlanjutnya pengetatan kebijakan moneter oleh bank sentral utama global," terangnya. 

Meski demikian, pasar tenaga kerja di AS dan Eropa masih kuat, begitupun perekonomian Tiongkok yang melanjutkan pemulihan setelah melakukan reopening pasca pandemi. 

"Langkah cepat dari otoritas terkait penanganan gejolak perbankan di AS dan Eropa diharapkan dapat meredam penularan tekanan lebih lanjut secara global," pungkasnya. 

Baca Juga: Ketentuan Spin Off Unit Syariah Bank Rampung, OJK Segera Konsultasi dengan DPR

Penulis: Wenti Ayu Apsari
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Bagikan Artikel: