Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

Begini Strategi BRI Menjaga Pertumbuhan Bisnis di Tengah Ancaman Resesi Global

Begini Strategi BRI Menjaga Pertumbuhan Bisnis di Tengah Ancaman Resesi Global Kredit Foto: BRI
WE Finance, Jakarta -

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) optimistis kinerja perusahaan masih dapat tumbuh stabil meski hadapi ancaman resesi global. Sejumlah langkah disiapkan untuk mempertahankan pertumbuhan kinerja perusahaan.

Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan, hal yang harus diperhatikan untuk bisa tahan dari dampak resesi global yaitu sumber pertumbuhannya yang jelas dan dipersiapkan untuk saat ini dan jangka panjang.

"Sebagai sumber pertumbuhan baru, BRI sudah masuk ke segmen ultra mikro melalui Holding Ultra Mikro yang resmi hadir sejak September 2021 bersama PT Pegadaian PT Permodalan Nasional Madani (PNM) atas inisiasi Kementerian BUMN," kata Sunarso dalam keterangan resmi, Senin (17/10).

Selanjutnya yaitu adanya kecukupan modal. Sunarso menyebut, capital adequacy ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal yang dimiliki BRI mencapai 25%. 

“Cukup untuk tumbuh selama 4 tahun ke depan, maka labanya berapa pun, tidak ada alasan untuk menahan laba menjadi modal. Jadi layak dibagikan, karena itu cukup,” kata Sunarso menegaskan. 

Ketiga adalah likuiditas. Saat ini, kata Sunarso, rasio LDR nasional berada di level 82%. Namun masih terdapat tantangan dari sisi likuiditas.

Sementara untuk menghadapi situasi ekonomi yang melambat karena tantangan yang akan dihadapi, pihaknya pun telah memetakan kondisi melalui empat matriks yang manjadi dasar antisipasi atau mitigasi risiko.

Pertama, kondisi ekonomi pulih dengan inflasi naik dan kualitas pinjaman memburuk. Maka strateginya adalah mempercepat proses write-offs agar recovery rate dapat lebih tinggi, serta mempertahankan coverage ratio yang besar.

“Untuk itu BRI menyediakan coverage ratio terhadap NPL yang mencapai 266%, angka tersebut lebih dari cukup. Maka jika terjadi pemburukan kondisi, maka BRI aman, dan nasabah juga aman. Pemantuan kualitas pinjaman yang intensif,” kata Sunarso.

Kedua, kondisi ekonomi membaik dengan inflasi terkendali dibarengi kualitas kredit membaik. Maka langkah yang diambil adalah mempercepat proses write-offs supaya mendapat recovery rate yang lebih tinggi. 

"Namun menurunkan coverage ratio, dapat mengurangi bantalan untuk tumbuh," ujar Sunarso.

Kemudian melakukan enhance risk-based pricing model untuk meningkatkan daya saing produk dan kemudian Loan Portofolio Guideline (LPG) yang dikendorkan sehingga kredit dipacu untuk tumbuh. 

Ketiga, lanjut Sunarso, kondisi ekonomi tetap stagnan namun inflasi tetap terkendali dengan kualitas kreditmembaik. Maka strategi yang diambil adalah tumbuh secara selektif dengan melonggarkan sedikit LPG menjadi moderat.

"Kemudian mempertahankan coverage ratio yang tinggi untuk bantalan dan melakukan simulasi stress-test untuk memastikan bisnis BRI aman," ujarnya.

Keempat, kondisi yang paling buruk, ekonomi tetap stagnan dengan inflasi yang naik serta kualitas pinjaman memburuk.

“Maka strategi kami tumbuh secara terbatas, pengaturan LPG yang lebih ketat, mempertahankan coverage ratio yang tinggi dan simulasi-simulasi berbagai keadaan yang buruk itu selalu kita lakukan secara lebih ketat,” pungkasnya.

Baca Juga: Diandalkan Masyarakat, Transaksi AgenBRILink Capai Rp 855 Triliun

Penulis: Achmad Ghifari Firdaus
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: