Menu
Perbankan
    Finansial
      Asuransi
        Multifinance
          Fintech
            Video
              Indeks
                About Us
                  Social Media

                  Tekan Inflasi, BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 4,25%

                  Tekan Inflasi, BI Naikkan Suku Bunga Acuan Jadi 4,25% Kredit Foto: Fajar Sulaiman
                  WE Finance, Jakarta -

                  Bank Indonesia (BI) kembali mengerek bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,25%. Hal ini sebagai upaya BI untuk mengendalikan tingkat inflasi. 

                  Seiring dengan itu, suku bunga deposit facility  juga naik sebesar 50 bps menjadi 3,50%, dan suku bunga lending facility  sebesar 50 bps menjadi 5,00%.

                  Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, kenaikan suku bunga tersebut sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran 3,0% pada paruh kedua 2023.

                  "Hal ini juga untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah agar sejalan dengan nilai fundamental akibat tingginya ketidakpastian pasar keuangan global, di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap kuat," kata Perry Warjiyo dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, pada Kamis (22/9)

                  BI juga terus memperkuat respons bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas dan momentum pemulihan ekonomi dengan memperkuat operasi moneter melalui kenaikan struktur suku bunga di pasar uang sesuai dengan kenaikan suku bunga untuk menurunkan ekspektasi inflasi dan memastikan inflasi inti kembali ke sasaran.

                  Perry menyebut, upaya BI menstabilkan nilai tukar Rupiah sebagai bagian untuk pengendalian inflasi dengan intervensi di pasar valas baik melalui transaksi spot, Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), serta pembelian atau penjualan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

                  Tak hanya itu, bank sentral juga berupaya melanjutkan penjualan atau pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder (operation twist) untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah.

                  Kemudian meningkatkan daya tarik imbal hasil SBN sehingga investasi portofolio asing masuk melalui kenaikan yield. SBN tenor jangka pendek juga sejalan dengan kenaikan suku bunga dan kenaikan struktur yield SBN jangka panjang yang lebih rendah.

                  "Dengan pertimbangan tekanan inflasi lebih bersifat jangka pendek dan akan menurun kembali ke sasarannya dalam jangka menengah panjang," jelas Perry.

                  Baca Juga: Ekonomi Terus Membaik, Kredit Perbankan Tumbuh 10,6% Pada Agustus 2022

                  Penulis: Achmad Ghifari Firdaus
                  Editor: Ferrika Lukmana Sari

                  Tag Terkait:

                  Bagikan Artikel: