Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

OJK: Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Masih Terjaga di tengah Volatilitas Ekonomi Global

OJK: Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Masih Terjaga di tengah Volatilitas Ekonomi Global Kredit Foto: Indonesia Fintech Society (IFSOC)
WE Finance, Jakarta -

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan stabilitas sektor jasa keuangan Indonesia masih terjaga stabil di tengah volatilitas sektor keuangan global. Hal tersebut ditopang oleh permodalan yang tinggi, profil risiko terjaga, dan likuiditas yang memadai.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, di pasar modal, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga akhir Mei 2023 tercatat melemah sebesar 3,17% year to date (ytd). Namun, non residen atau investor asing membukukan net buy sebesar Rp 20,58 triliun.

"Penghimpunan dana di pasar modal di bulan Mei 2023 terjaga tinggi yaitu sebesar Rp 101,35 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 35," ujarnya dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin (5/6).

Sedangkan pada pipeline, emiten yang berencana melalukan initial public offering (IPO) sebanyak 117 perusahaan dengan nilai sebesar Rp 137,56 triliun di tahun ini. Dengan rencana IPO baru sebanyak 63 perusahaan.

"Tren pertumbuhan jumlah investor juga terus berlanjut dengan jumlah investor pasar modal mencapai 11,05 juta investor pada Mei 2023," katanya.

Sementara untuk industri perbankan, jumlah penyaluran kredit hingga April 2023 tercatat tumbuh sebesar 8,08% yoy, turun dari Maret 2023 di angka 9,93% yoy menjadi Rp 6,646 triliun.

"Hal tersebut didorong oleh pertumbuhan kredit investasi sebesar 11,3% yoy, namun termoderasi oleh pertumbuhan kredit modal kerja menjadi 6,55% yoy, Hal itu lebih mencolok dilihat dari kinerja di sektor manufaktur yang terpengaruh kondisi pelemahan ekonomi global," kata Mahendra.

Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan pada April 2023 tumbuh sebesar 6,82% yoy menjadi Rp 8,005 triliun, dengan giro dan deposito sebagai penopang utama.

Baca Juga: BSI Salurkan Pembiayaan Rumah Subsidi Senilai Rp 7,24 Triliun

Adapun likuiditas industri perbankan pada April 2023 dalam level yang memadai dengan rasio likuiditas yang terjaga. Hal tersebut tercermin dari rasio alat likuid terhadap non-core deposit (AL/NCD) dan alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) masing-masing berada di level 118,25% dan 26,58%.

"Rasio likuiditas tersebut  berada jauh di atas ambang batas ketentuan AL/NCD sebesar 50% dan AL/DPK sebesar 10%," ujarnya.

Sedangkan rasio kredit perbankan pada April 2023 masih terjaga. Di mana, kredit bermasalah (NPL) gross mencapai 2,53%, turun 47 basis poin (bps) dibandingkan posisi NPL gross April 2022 sebesar 3%. NPL net per April 2023 juga turun 5 bps secara tahunan menjadi 0,78% dibandingkan posisi April 2022 sebesar 0,83%.

"Permodalan perbankan berada di level yang solid. Rasio kecukupan modal (CAR) perbankan per April 2023 mencapai 24,57%, naik dibandingkan April 2022 sebesar 24,28%," ujar Mahendra.

Lebih lanjut, pada sektor industri keuangan nonbank (IKBN), akumulasi pendapatan premi asuransi selama periode Januari hingga April 2023 mencapai Rp 101,34 triliun, atau terkontraksi sebesar 1,67% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Mahendra mengatakan, kontraksi ini didorong oleh turunnya premi di lini usaha PAYDI atau Unit Link dengan pertumbuhan akumulasi premi asurasi jiwa yang turun 10,25% dengan nilai sebesar Rp 57,67 triliun per April 2023.

"Hal itu sejalan dengan usaha untuk mereformasi subsektor yang terkait dengan PAYDI atau Unit Link ini termasuk untuk memperbaiki mekanisme dan kondak dari penjualan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di industri ini," ungkapnya.

Namun demikian, akumulasi premi asurasi secara umum tumbuh positif 12,55% dibandingkan Maret 2023 12,87% menjadi Rp43,67 triliun.

Di sisi lain, nilai outstanding piutang pada industri pembiayaan tumbuh tinggi sebesar 15,13% yoy menjadi sebesar Rp 438,85 triliun pada April 2023. Pertumbuhan tersebut didukung pembiayaan modal kerja dan investasi yang masing-masing tumbuh sebesar 33,4% dan 17,9%.

Sementara profil risiko perusahaan pembiayaan masih terjaga dengan rasio non-performing financing sebesar 2,47%, sedangkan sektor dana pensiun tercatat mengalami pertumbuhan aset 5,03% dengan nilai aset mencapai Rp 352,85 triliun pada April 2023.

Sementara itu, kinerja industri fintech P2P lending pada April 2023 mencatatkan pertumbuhan. Adapun outstanding pembiayaan tumbuh sebesar 30,63% yoy menjadi Rp 50,53 triliun. Sementara tingkat risiko kredit secara agregat, TWP90 tercatat menjadi 2,82%.

Menurut Mahendra, permodalan di sektor IKNB terjaga dengan industri asuransi jiwa dan asuransi umum mencatatkan risk-based capital (RBC) di atas threshold masing-masing  sebesar 457,79% dan 311,16%.

"Begitu pula pada gearing ratio perusahaan pembiayaan tercatat sebesar 2,17 kali atau masih jauh di bawah batas maksimum 10 kali," pungkas Mahendra.

Baca Juga: Jaga Stabilitas Pasar Modal, OJK Perkuat Perlindungan Investor Ritel

Penulis: Achmad Ghifari Firdaus
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Bagikan Artikel: