Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

BRI Targetkan Kontribusi Inklusi Keuangan hingga 70% pada 2024

BRI Targetkan Kontribusi Inklusi Keuangan hingga 70% pada 2024 Kredit Foto: BRI
WE Finance, Jakarta -

PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau Bank BRI menyatakan telah berkontribusi sebanyak 65,4% (107,5 juta nasabah) dari 85,10% inklusi keuangan Indonesia sebagaimana data inklusi keuangan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga awal 2023.

Untuk tahun 2024, pemerintah menargetkan inklusi keuangan Indonesia mencapai 90% dan BRI menargetkan kontribusinya hingga 70%. Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan perusahaan diberikan penugasan untuk mengakselerasi inklusi keuangan.

"Visi kami sangat jelas, sampai kapan pun akan ke UMKM dengan porsi terbesar UMKM, khususnya di mikro dan ultra mikro sehingga kami juga terus fokus pada inklusi keuangan masyarakat," ujar Supari dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (25/3).

Supari menjelaskan peran UMKM di Indonesia berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hingga mencapai 62,55%. Sedangkan terhadap total penyerapan tenaga kerja Indonesia mencapai 97,22%. Artinya, kondisi UMKM tidak langsung kena dampak perekonomian nasional.

Baca Juga: Laris Manis, 200 Ribu Investor Ritel Pesan SBN di Aplikasi Livin' by Mandiri

Oleh karena itu, BRI mengerahkan berbagai upaya untuk menjadikan UMKM sebagai inti bisnis agar semakin tangguh dan solid, di antaranya mencanangkan peningkatan kapabilitas pemberdayaan secara konsisten dan berkesinambungan terhadap para pelaku UMKM.

“Tentunya kami mau terus mengangkat UMKM ini betul-betul jadi kontributor perekonomian maka harus membangun kapabilitas di sektor tersebut. Kapabilitas empowerment, pemberdayaan,” kata Supari.

Selain itu, urgensi peningkatan kapabilitas pemberdayaan berkaitan dengan perubahan kebiasaan masyarakat yang tak bisa dihindari, terutama pasca pandemi Covid-19.

Di sisi lain, Supari menyebutkan peningkatan kapabilitas pemberdayaan tak hanya sekadar akses pasar secara digital, setidaknya ada tiga tahap yang harus diperhatikan, yakni  literasi dasar yang di dalamnya mencakup inklusi keuangan dan manajemen keuangan dasar.

“Mengajarkan orang untuk menyisihkan uang menabung saja itu masih berat sekarang. Bahkan di kelompok-kelompok tertentu, ultra mikro misalkan, menabung itu adalah sebuah prestasi. Jadi harus kasih hadiah, gitu kira-kira didorong,” terangnya.

Baca Juga: BRI Finance Targetkan Pembiayaan Mobil Baru Naik 40% pada Momen Ramadan

Kedua ialah mendesain literasi bisnis melalui peningkatan kapasitas manajerial, membangun legalitas atau kepatuhan, mengembangkan budaya inovasi, membentuk pemahaman industri dan pasar, hingga membentuk kepemimpinan dan pola pikir jangka panjang untuk meningkatkan skala usaha.

Selanjutnya, literasi digital kepada UMKM dengan tujuan go digital, go modern, dan go global. Kemudian dalam peningkatan kapabilitas pemberdayaan perlu juga kapabilitas pembiayaan. BRI dalam hal ini menjadikan pembiayaan bagian dari pemberdayaan.

“Kami mencoba membangun sebuah desain pembiayaan dari mulai yang paling rentan dengan bantuan uang. Kebetulan kami (BRI) sering menyalurkan program-program pemerintah, seperti penyaluran bantuan cash sampai dengan yang komersial kita bangun,” ungkapnya.

Berikutnya yang terakhir ialah kebutuhan channel yang makin beragam yang diakomodasi oleh BRI ke dalam berbagai kategori usaha, seperti Rumah BUMN, Inkubasi Universitas, desa brilian, linkumkm, dan PNM Mekaar.

Baca Juga: Ini Sederet Komitmen OJK Untuk Dukung Ekonomi Hijau

Penulis: Wenti Ayu Apsari
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Bagikan Artikel: