Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

CDP: Korporasi di Asia Tenggara Makin Memahami Dampak Finansial Perubahan Iklim

CDP: Korporasi di Asia Tenggara Makin Memahami Dampak Finansial Perubahan Iklim Kredit Foto: Ferrika Lukmana Sari
WE Finance, Jakarta -

Perusahaan-perusahaan di Asia Tenggara makin memahami urgensi dampak finansial dari risiko dari perubahan iklim, hutan, dan ketahanan air akan jauh melebihi biaya untuk mengendalikan risiko tersebut. 

Sebanyak 493 perusahaan di seluruh wilayah Asia Tenggara melaporkan data lingkungan mereka ke CDP pada tahun 2022 dengan pertumbuhan sebesar 47% dibandingkan tahun sebelumnya.

Dari total pelaporan, sebanyak 482 perusahaan melaporkan emisi, target, dan aksi iklim mereka melalui kuesioner perubahan iklim CDP. Namun pelaporan kuesioner terhadap tata kelola hutan dan ketahanan air masih tertinggal.

Tercatat hanya 35 perusahaan tentang hutan dan 123 perusahaan yang melaporkan pada kuesioner tentang ketahanan air, serta 20 perusahaan (atau setara 4%) yang melaporkan di ketiga tema tersebut.

Bahkan hanya lima perusahaan dari wilayah ini yang berhasil mendapat skor A dan masuk ke daftar A (A-list) CDP pada tahun 2022, jumlah ini sangat kecil dibandingkan dengan lebih dari 330 perusahaan secara global. 

Southeast Asia & Oceania, CDP John Leung Director menyebut, hanya empat dari lima perusahaan yang masuk berada dalam daftar A-list untuk iklim sementara tiga perusahaan masuk dalam A-list untuk ketahanan air.

Baca Juga: Catat! Ini Jam Operasional Kantor BRI Selama Ramadan

"Dampak lingkungan dari rantai pasok juga masih dianggap kurang penting oleh perusahaan-perusahaan di Asia Tenggara," kata John dalam keterangan resmi, Kamis (16/3). 

Ia bilang keterlibatan rantai pasok masih dianggap sebagai sesuatu yang baik untuk dimiliki, bukan sebagai hal yang harus dimiliki atau sebuah keharusan. Bahkan hanya 31% perusahaan yang melaporkan terkait keterlibatan pemasok mereka dalam memerangi isu terkait iklim.

Secara global, untuk mencapai emisi nol bersih (net-zero), konservasi alam dan jasa ekosistem secara memadai, diperlukan tindakan kolektif dari pemerintah, investor, perusahaan, dan masyarakat untuk dapat mencegah dampak buruk perubahan iklim. 

Data CDP menunjukkan bahwa degradasi hutan dan air menimbulkan risiko material yang nyata bagi bisnis namun hal ini masih diabaikan sehingga akan ada biaya yang besar untuk kawasan ini jika tidak ada tindakan serta langkah yang diambil secara lokal dan global.

“Dampak perubahan iklim semakin cepat terjadi di seleuruh dunia dan dapat dengan cepat menjadi tidak dapat diubah," terangnya. 

Namun, bahkan saat ini, dunia yang selaras dengan 1,5 °C, pencapaian emisi nol bersih (net-zero) dan dampak positif terhadap alam itu mungkin terwujud – tetapi kita harus segera bertindak sekarang juga untuk mengatasi krisis ini. 

Asia Tenggara merupakan daerah yang menaungi beberapa negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia, dan terutama karena kekayaan keanekaragaman hayati akan memainkan peran yang sangat penting bagi masa depan planet.

“Jadi meskipun kami merasa sangat optimis melihat pertumbuhan pelaporan dan keterbukaan terkait dampak lingkungan di kawasan Asia Tenggara. Hal ini merupakan langkah pertama yang sangat penting untuk tindakan lingkungan perusahaan yang efektif," terangnya. 

Untuk itu, pihaknya mendorong semua pemangku kepentingan untuk berkomitmen dan bertindak lebih ambisius dan menunjukkan kepemimpinan yang lebih baik, untuk kawasan Asia Tenggara dan untuk dunia.

“Kami berharap dapat melihat lebih banyak lagi aktor bisnis dan pembuat kebijakan yang memimpin tindakan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan, dan lebih tangguh," terangnya. 

Dimulai dengan lebih banyak lagi perusahaan di Asia Tenggara yang melaporkan dan menunjukkan tata kelola lingkungan dan komitmen terkait iklim terkait transisi menuju dunia yang berkeadilan, emisi nol bersih (net-zero) dan berdampak positif terhadap alam.

Regional Director, Climate Strategies, South Pole Shruti Singh bilag bisnis di Asia Tenggara benar-benar berada di garis depan perubahan iklim. 

Laporan ini dengan jelas menunjukkan bahwa biaya untuk mengurangi risiko ini jauh lebih rendah daripada biaya untuk tidak bertindak, dan tetap saja, banyak perusahaan yang enggan untuk mengambil tindakan iklim yang nyata karena besarnya sumberdaya yang harus dialokasikan. 

"Kenyataannya adalah bahwa tidak ada perusahaan yang memiliki strategi implementasi yang baik, tetapi hal ini tidak boleh menghalangi mereka untuk maju dalam perjalanan keberlanjutan mereka," terangnya. 

Laporan Nature Incorporated dan temuannya dipaparkan pada Acara Tahunan CDP Southeast Asia Annual Event 2023 yang berlangsung di Jakarta pada (16/3) bekerja sama dengan Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD) dan didukung oleh Asosiasi Emiten Indonesia. 

Dalam acara tersebut, CDP juga memberikan apresiasi terhadap lima perusahaan di Asia Tenggara dalam daftar A-List (mendapatkan skor A) untuk transparansi dan aksi lingkungan mereka, termasuk perusahaan yang berbasis di Thailand CP ALL Pcl, Kasikornbank, Siam Cement, dan PTT Global Chemical, serta City Developments Limited yang berbasis di Singapura.

Baca Juga: OJK Terbitkan Aturan Baru Untuk Dorong Literasi dan Inklusi Keuangan, Ini Rinciannya

Penulis/Editor: Ferrika Lukmana Sari

Tag Terkait:

Bagikan Artikel:

Berita Terkait