Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tiga Bank AS Bangkrut, Wamenkeu Desak Perbankan RI Tingkatkan Permodalan

Tiga Bank AS Bangkrut, Wamenkeu Desak Perbankan RI Tingkatkan Permodalan Kredit Foto: Kemenkeu
WE Finance, Jakarta -

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan peningkatan suku bunga yang cepat di bank sentral Amerika Serikat (AS) serta bank sentral di berbagai negara memberikan dampak ke seluruh dunia. Salah satunya  terhadap industri perbankan seperti Silicon Valley Bank (SVB), Signature Bank, dan Silvergate Bank.

Menurutnya, dampak dari krisis perbankan di Amerika harus diwaspadai oleh Indonesia dengan melihat fundamental ekonomi nasional. Suhasil mengingatkan kepada perbankan tanah air untuk terus menjaga kecukupan modal demi mengatisipasi risiko bank bangkrut. 

“Ketika kita melihat apa efeknya terhadap Indonesia maka yang sudah pasti kita harus lihat fundamental ekonomi kita, kokoh nggak fundamental kita?. Saya juga ingin mengajak kepada bank untuk melihat terus kedalam, kokoh nggak pastikan kokoh, pastikan kesiap siagaan,” ujar Suahasil dalam OCBC NISP Business Forum di Jakarta Selasa (21/3).

Saat ini, kondisi permodalan perbankan masih relatif kuat. Hal ini tercermin dari sisi permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) perbankan tercatat di level 25,93% pada Januari 2023, jauh di atas negara lain.

“CAR cukup tinggi di dukung oleh kebijakan-kebijakan prudent, modal inti bank yang kita minta terus untuk dijaga tahun lalu kita minta naikan aturan modal inti bank, sehingga perbandingan kita dengan negara lain relatif kita kuat, ini adalah periode saat-saat kita harus bersiap terhadap badai yang akan datang, semoga pondasi kita lebih kuat,” ujarnya.

Baca Juga: Wamenkeu Apresiasi OJK Tingkatkan Pembiayaan Kredit bagi UMKM

Sementara itu, margin bunga bersih atau Net Interest Margin (NIM) perbankan juga terus meningkat sebesar 4,89% pada Januari 2023 dan rasio kredit macet atau Non performing loan (NPL) masih terkendali.

Suahasil mengatakan, kondisi makroekonomi di Indonesia masih sangat kuat sepanjang tahun 2022. Hal ini tercermin dari ekonomi Indonesia yang tumbuh sebesar 5,31% yoy dan konsumsi masyarakat juga terus menguat.

Selain itu, pertumbuhan tersebut juga didorong oleh kondisi fiskal yang kuat dalam meredam tekanan harga dan efektif menjaga stabilitas daya beli. Kondisi ini yang memastikan perekonomian Indonesia tetap kokoh. 

“Kondisi makroekonomi di tanah air pada tahun 2022 sangat kuat, inilah yang memastikan perekonomian Indonesia tetap kokoh. Inilah pondasi kita,” pungkasnya.

Baca Juga: Melonjak Signifikan, Pengguna Mobile Banking BRI Tembus 23,8 Juta

Penulis: Achmad Ghifari Firdaus
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Bagikan Artikel: