Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penutupan Silicon Valey Bank jadi Sinyal Fintech untuk Perkuat Manajemen Risiko

Penutupan Silicon Valey Bank jadi Sinyal Fintech untuk Perkuat Manajemen Risiko Kredit Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
WE Finance, Jakarta -

Indonesia Fintech Society (IFSOC) menyambut positif keterangan pers Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terkait penutupan Silicon Valley Bank (SVB). OJK menyatakan bahwa tutupnya SVB tidak berdampak langsung pada industri keuangan di Indonesia yang dibuktikan dengan kondisi sektor perbankan yang masih kuat dan stabil. 

Ketua Steering Committee IFSOC, Rudiantara menilai, pernyataan OJK tersebut merupakan kabar yang melegakan di tengah begitu banyaknya spekulasi yang bermunculan seiring dengan kolapsnya SVB, khususnya di sektor fintech. 

"Kami mengapresiasi OJK yang dengan cepat mengeluarkan pernyataan yang menenangkan masyarakat terkait isu ini. Hal ini akan membantu memberikan kepastian informasi, dan mengerem perkembangan berbagai spekulasi yang berpotensi mengganggu kekondusifan sektor keuangan dan fintech di Indonesia," ujar Rudiantara dalam keterangan tertulis, dikutip Kamis (16/3).

Meski demikian, dia menekankan bahwa peristiwa yang terjadi di tengah tech winter ini perlu serius dilihat sebagai sinyal dan early warning agar sektor fintech Indonesia segera memperkuat tata kelola perusahaan dan manajemen risiko. 

"Sektor keuangan digital di Indonesia harus tetap waspada dan terus mencermati perkembangan kasus yang terjadi," tuturnya.

Baca Juga: Tumbuh Melesat, Pembiayaan Berkelanjutan BCA Tembus Rp 183,2 Triliun pada 2022

Steering Committee IFSOC, Dyah Makhijani menambahkan, kolapsnya SVB ini perlu diperhatikan secara seksama agar menjadi pembelajaran dalam penguatan dan pengembangan sektor keuangan digital ke depan. 

Menurutnya, mitigasi berupa penguatan tata kelola dan penerapan manajemen risiko yang lebih baik menjadi kunci dalam mewujudkan kontinuitas sektor keuangan digital. 

"Good corporate governance mutlak diimplementasikan untuk menjaga kepercayaan publik yang saat ini sangat antusias dengan perkembangan sektor keuangan digital kita,” tegas Dyah.

Terkait fenomena tech winter yang saat ini sedang berlangsung, Steering Committee IFSOC Tirta Segara, berpendapat kenaikan suku bunga di negara-negara maju akibat inflasi yang tinggi secara langsung telah berpengaruh pada kemampuan startup termasuk fintech dalam mendapatkan pendanaan murah. 

Baca Juga: BRI Salurkan Bantuan ke Sejumlah Daerah Bencana di Tanah Air

Ditambah dengan semakin menurunnya nilai aset likuid bank, disinyalir berkaitan dengan kejatuhan SVB. Berdasarkan observasi IFSOC, selama tahun 2022 nilai pendanaan startup fintech memang meningkat, akan tetapi dengan jumlah penerima pendanaan yang menurun. 

“Startup fintech telah memasuki babak baru. Saat ini Investor lebih selektif dalam memberikan pendanaan dengan lebih berfokus pada profitabilitas dibandingkan growth,” ungkap Tirta.

Kondisi ini perlu direspons dengan membangun ekosistem dan model bisnis fintech yang juga lebih fokus pada bottom line ketimbang volume dan growth semata seperti di masa-masa sebelumnya. Hal ini akan mendorong iklim startup fintech lebih sehat dan going concern. 

“Sebagaimana yang pernah kami sampaikan sebelumnya dalam catatan akhir tahun 2022 bulan Desember tahun lalu, penyesuaian terhadap model bisnis yang commercially viable sangat diperlukan. Hal ini akan berperan membentuk ekosistem keuangan digital yang kuat dan berkelanjutan," pungkasnya.

Baca Juga: BNI Targetkan Pertumbuhan Kredit Hingga 10% pada 2023

Penulis: Alfi Salima Puteri
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Bagikan Artikel: