Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

CIMB Niaga Finance Bidik Aset Kelolaan Rp 10,4 Triliun di 2023, Begini Strateginya

CIMB Niaga Finance Bidik Aset Kelolaan Rp 10,4 Triliun di 2023, Begini Strateginya Kredit Foto: Sufri Yuliardi
WE Finance, Jakarta -

PT CIMB Niaga Auto Finance (CIMB Niaga Finance) menargetkan pertumbuhan aset kelolaan hingga 13% menjadi Rp 10,4 triliun pada 2023. Nilai ini meningkat dari tahun sebelumnya sebesar Rp 9,2 triliun. 

Presiden Direktur CIMB Niaga Finance Ristiawan Suherman menyebutkan penyaluran pembiayaan baru perusahaan sepanjang tahun 2022 mencapai Rp 7,9 triliun, atau meningkat 38,82% yoy. 

"Dengan penyaluran pembiayaan tersebut, total aset kelolaan CNAF menjadi Rp 9,2 triliun atau tumbuh sebesar 31,33% dari aset kelolaan tahun sebelumnya," kata Ristiawan dalam acara bertajuk Indonesia Financial System Stability Summit 2023 yang diselenggarakan Warta Ekonomi di Jakarta, Kamis (23/2).

Untuk mencapai target aset kelolaan tersebut, berbagai strategi telah dipersipkan perusahaan. Di antaranya dengan melakukan transformasi digital seperti penggunaan platform tanda tangan digital (digital signature) dan digital customer service yang terhubung pada platform aplikasi CNAF Mobile.

“Kami menilai, ini merupakan terobosan baru di sektor pembiayaan yang dapat diimplementasikan setiap tahunnya dan dikembangkan lagi sebagai salah satu saluran penjualan perusahaan,” ungkapnya.

Baca Juga: Ditopang Bisnis Korporasi, Penyaluran Kredit CIMB Niaga Tembus Rp 198,75 Triliun pada 2022

Selain itu, rasio biaya terhadap pendapatan atau Cost Income Ratio (CIR) perusahaan turun cukup tajam jika dibandingkan dengan saat pandemi Covid-19 terjadi, di mana pada tahun 2020 CIR CNAF berada di level 55%, sedangkan pada 2022 berada di level 35%. 

"Secara bisnis meningkat dan operasional kita bisa tahan. Dengan kata lain pandemi Covid-19 bagi perusahaan mempercepat transformasi digital, mempercepat manajemen untuk berani berubah dan terefleksikan di dalam CIR yang turun cukup lumayan tajam," katanya.

Selain itu, penurunan tersebut merupakan hasil dari pendekatan efisiensi proses, pendekatan efisiensi terkait bagaimana pengelolaan bisnis perusahaan. Dengan strategi tersebut, keuntungan setelah penjualan atau profit after sales perusahaan terus meningkat setiap tahun. 

"Pada 2019, 2020, 2021, dan 2022 profit after tax (laba setelah pajak) perusahaan secara audited meningkat 35%. Bahkan saat pandemi 2020 meningkat dari Rp 219 miliar naik menjadi Rp 225 miliar," terangnya. 

Baca Juga: CIMB Niaga Syariah Salurkan Pembiayaan Rp 49,3 Triliun Sepanjang 2022

Penulis: Wenti Ayu Apsari
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Bagikan Artikel: