Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

Industri Asuransi Diprediksi Hadapi Tantangan di 2023, Apa Penyebabnya?

Industri Asuransi Diprediksi Hadapi Tantangan di 2023, Apa Penyebabnya? Kredit Foto: AAUI
WE Finance, Jakarta -

Tahun 2023 diramalkan banyak pihak akan menjadi tahun menantang karena kondisi ekonomi global yang semakin bergejolak. Selain ancaman resesi, tingginya inflasi, hingga pengetatan likuiditas semakin menekan ekonomi di banyak negara menuju pelemahan.

Terkait dengan kondisi tersebut, Presiden Direktur PT Asuransi Bintang Tbk (ASBI), Hastanto Sri Margi Widodo memprediksi berbagai tantangan tahun depan. Salah satunya adalah cost of good sold (CoGS) atau biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa. 

"Secara prinsipal memang akan berat sekali dari sisi asuransi, karena memang dari CoGS naik sekitar 40% hingga 60% untuk perusahaan asuransi dan reasuransi saat renewal treaty (pembaruan kontrak) sejak beberapa bulan terakhir ini," ujar Widodo dalam paparan publik, Rabu (28/12).

Dia pun menjelaskan tingginya cost of good sold untuk biaya reasuransi lantaran cost of equity atau biaya modal yang diperlukan oleh perusahaan-perusahaan reasuransi ikut meningkat, terkait dengan peningkatan bunga deposito terhadap dolar Amerika Serikat. 

Baca Juga: Tugu Insurance Berhasil Pertahankan Rating A- dari A.M Best

Selain itu, kenaikan harga cost of good sold juga didorong oleh penurunan ekuitas perusahaan reasuransi global, sehingga deployed capacity atau kapasitas yang dikeluarkan dari ekuitas yang ada juga menurun secara signifikan. 

“Dengan penurunan ini, market overseas reasuransi Indonesia harus bersaing dengan harga yang lebih tinggi di Korea dan Malaysia, sehingga mendorong peningkatan yang signifikan,” jelas Widodo.

Terkait dengan hal tersebut, Widodo menilai akan ada kenaikan tarif ataupun terjadi penurunan diskon, sehingga jumlah konsumen yang masih memiliki kemampuan untuk membeli asuransi akan turun dengan signifikan.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, Widodo mengimbau agar perusahaan asuransi tetap menjaga arus kas (cash flow).

"Sebisa mungkin, seluruh aktivitas keuangan didorong mendukung arus kas yang positif. Termasuk menjaga hubungan baik dengan pemegang polis melalui pelayanan terbaik," tambahnya.

Dari sisi bisnis, Asuransi Bintang sendiri berhasil membukukan pendapatan premi bruto mencapai Rp 353,09 miliar atau tumbuh 7,9% year on year (yoy) hingga kuartal III 2022.

Baca Juga: Antisipasi Resesi, Ini Strategi Tugu Insurance Tingkatkan Kinerja Tahun Depan

Penulis: Alfi Salima Puteri
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Bagikan Artikel: