Menu
Perbankan
Finansial
Asuransi
Multifinance
Fintech
Video
Indeks
About Us
Social Media

Maybank Indonesia Raih Laba Bersih Rp 1,10 Triliun dan Kredit Rp 111,45 Triliun

Maybank Indonesia Raih Laba Bersih Rp 1,10 Triliun dan Kredit Rp 111,45 Triliun Kredit Foto: Sufri Yuliardi
WE Finance, Jakarta -

PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) mencatatkan laba bersih senilai Rp 1,10 triliun hingga kuartal III 2022. Nilai itu turun 1,85% dibandingkan realisasi tahun sebelumnya yakni sebesar Rp 1,08 triliun. 

Meski demikian, Presiden Direktur Maybank Indonesia, Taswin Zakaria menyatakan bahwa perusahaan masih mencetak kinerja yang kuat seiring dengan perekonomian Indonesia yang terus membaik, meskipun dibayangi volatilitas pasar global.

“Maybank Indonesia tetap berfokus pada strategi pertumbuhan yang telah berkontribusi kepada profitabilitas bank," kata Zakaria dalam keterangan resmi, Jumat (28/10).

Menurutnya, pencapaian tersebut sejalan dengan loan yield yang lebih rendah akibat persaingan ketat penyaluran kredit, sehingga berimbas kepada pendapatan bunga (interest income) yang menurun.

Di lain sisi, perseroan mencatat provisi yang lebih rendah disebabkan oleh membaiknya kualitas kredit serta biaya dana (cost of fund), dan biaya overhead yang terkendali.

Seiring dengan menurunnya biaya dana, perusahaan mencatat Marjin Bunga Bersih (NIM) menguat 2 basis poin menjadi 4,8% hingga September 2022.

Sedangkan pendapatan non-bunga (Fee based Income) di luar pendapatan komisi global market mencapai Rp 1,23 triliun. Nilai tersebut bersumber dari pendapatan komisi terkait bisnis pembiayaan dan ritel, serta anak perusahaan.

Sementara, komisi terkait global market mengalami penurunan sebesar 63,7% disebabkan oleh dinamika suku bunga global dan volatilitas pasar yang menyebabkan pendapatan fee based turun 10,4% yoy.

Seiring dengan aktivitas perdagangan serta bisnis yang terus bergerak naik pada sembilan bulan pertama 2022 telah mendorong permintaan akan pembiayaan, terutama bagi perusahaan berskala besar dan korporasi, serta ritel sehubungan dengan membaiknya tingkat konsumsi masyarakat.

Ada pun faktor eksternal tersebut telah berkontribusi kepada total pembiayaan Bank yang tumbuh signifkan sebesar 12,8% menjadi Rp 111,45 triliun dari Rp 98,78 triliun tahun lalu.

Kemudian kredit segmen global banking tumbuh pesat sebesar 25,0% menjadi Rp 45,63 triliun dari Rp 36,50 triliun di periode yang sama tahun. Kredit ini untuk mendukung berbagai proyek pembangunan dan ekspansi bisnis, di antaranya, sektor infrastruktur, manufaktur, serta perdagangan global.

Dari sisi kredit segmen Community Financial Services (CFS) terdiri dari kredit Ritel dan Non-ritel tumbuh 5,7% menjadi Rp65,81 triliun dari Rp 62,29 triliun yoy. Kredit segmen Retail Small and Medium Enterprises (RSME) tumbuh 5,7% menjadi Rp12,76 triliun.

Sementara, bagi usaha segmen Small and Medium Enterprises dengan segmentasi plafon kredit lebih besar (SME+) tumbuh 1,3% menjadi Rp 5,08 triliun dari Rp 5,01 triliun seiring dengan aktivitas bisnis dan perdagangan yang kembali normal.

Perusahaan juga terus melakukan upaya rebalancing terhadap portofolio pembiayaan khususnya segmen non-ritel dengan berfokus pada penyaluran kredit agar kredit tersebut dapat bermanfaat bagi kelangsungan usaha nasabah.

Dengan demikian kredit non-ritel segmen Business Banking mengalami penurunan sebesar 14,9%, di mana hal ini berimbas kepada total kredit segmen CFS Non-ritel yang turun 3,6% yoy.

Sehubungan dengan meningkatnya daya beli masyarakat, total kredit segmen CFS Ritel (konsolidasi) tumbuh 13,8% menjadi Rp 37,74 triliun dari Rp 33,18 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Sementara itu, bisnis kartu kredit dan kredit tanpa agunan (KTA) tumbuh 12,5% menjadi Rp 2,83 triliun dari Rp 2,51 triliun, diikuti pembiayaan otomotif anak perusahaan yang tumbuh 20,0% menjadi Rp 18,33 triliun dari Rp 15,27 triliun.

Kredit Pemilikan Rumah (KPR) naik 8,2% menjadi Rp 16,03 triliun dari Rp 14,82 triliun tahun lalu, dan segmen tersebut masih terus menunjukkan pertumbuhan sejak awal 2022.

Total simpanan nasabah juga tumbuh 5,0% menjadi Rp 107,00 triliun dari Rp101,88 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. CASA tumbuh 21,6% didukung giro yang tumbuh 33,9% menjadi Rp 32,44 triliun. Sementara Tabungan naik 7,6% menjadi Rp 22,93 triliun.

Simpanan berjangka (time deposits) turun 8,4% menjadi Rp 51,63 triliun dari Rp 56,34 triliun tahun lalu.

"Hal ini sejalan dengan strategi Bank untuk terus memperkuat likuiditas melalui simpanan berbiaya rendah, dan mengandalkan layanan digital untuk menghimpun simpanan nasabah," ujar Zakaria.

Alhasil, rasio CASA Bank terus membaik dan tercatat menguat sebesar 51,8% pada September 2022 dari 44,7% pada September 2021.

Di tengah prospek ekonomi yang membaik, Bank mencatat penurunan beban provisi sebesar 23,1% menjadi Rp 818 miliar didukung upaya Bank dalam melakukan restrukturisasi, khususnya pada kredit nasabah yang terdampak pandemi.

Maybank juga mencatat rasio Non Performing Loan (NPL) konsolidasi membaik menjadi 3,5% (gross) dan 2,5% (net) pada September 2022 dari 4,6% (gross) dan 2,9% (net) pada September 2021, dan 3,7% (gross) and 2,6% (net) pada Desember 2021, serta penurunan saldo NPL sebesar 16,3% yoy.

"Perusahaan terus menerapkan prinsip kehati-hatian serta menerapkan risk posture yang konservatif," ujar Zakaria.

Di tengah kegiatan bisnis yang terus berangsur normal, perseroan mencatat biaya overhead tetap terkendali sebesar Rp 4,33 triliun.

"Maybank tetap disiplin dalam menerapkan kebijakan pengelolaan biaya secara berkelanjutan di seluruh organisasi maupun di dalam kegiatan usahanya, agar setiap biaya yang dikeluarkan dapat meningkatkan pendapatan Bank," kata Zakaria.

Posisi likuiditas Bank tetap kuat dengan rasio kredit terhadap simpanan (LDR) berada di posisi yang sehat pada level 90,2%. Rasio Kewajiban Pemenuhan Kecukupan Likuiditas (LCR) tercatat 176,9% pada September 2022, berada di atas tingkat minimum yang diwajibkan regulator yakni sebesar 100%.

Rasio kecukupan modal (CAR) tetap kuat sebesar 24,7% pada September 2022, dengan total modal bank sebesar Rp 28,02 triliun pada September 2022.

"Kami akan tetap disiplin dalam menjaga likuiditas dan permodalan kami, dan di saat yang sama melanjutkan upaya untuk mendorong pertumbuhan bisnis melalui peningkatan produktivitas di seluruh segmen bisnis utama kami," terangnya.

Baca Juga: 97% Transaksi Nasabah CIMB Niaga Melalui Layanan Branchless Banking

Penulis: Achmad Ghifari Firdaus
Editor: Ferrika Lukmana Sari

Tag Terkait:

Bagikan Artikel: